Zaman memang sudah berubah. Banyak hal yang terjadi menggantikan yang terdahulu. Teknologi mengubah kebiasaan dan wajah keseharian setiap insan di muka bumi. Salah satu yang menjadi perhatian saya adalah penggunaan smartphone dalam ujian semester di SMP, SMA, dan SMK.
Penggunaan smartphone untuk ujian semester sudah marak saat pandemi Covid-19. Kendala tidak bisa datang ke sekolah untuk mengikuti ujian secara tertulis yang menyebabkan munculnya ujian secara daring dengan menggunakan smartphone menjadi membudaya dan normal dilakukan. Bahkan setelah covid-19 berlalu, mungkin karena sudah terbiasa, ujian semester tetap menggunakan smartphone sebagai pengganti kertas ujian dan lembar jawaban yang terkesan jadoel.
Saya mendapati beberapa murid privat saya yang mengerjakan ujian semester dengan menggunakan smartphone. Sekolah-sekolah mereka; SMP, SMA, dan SMK; yang menerapkan langkah ini. Saya bertanya kepada beberapa murid privat dan mereka mengonfirmasi tentang penggunaan smartphone untuk mengerjakan ujian semester.
Mengapa menggunakan smartphone untuk ujian semester?
Menurut analisis saya, ada 3 (tiga) hal mengapa menggunakan smartphone untuk ujian semester di SMP, SMA, dan SMK.Â
1. Imbas dari ujian daring saat covid-19
Segala sesuatu ada yang mendasari. Covid-19 mengubah sesuatu yang sudah mendarah daging. Lambat laun, ujian daring menjadi sesuatu yang "normal" dilakukan dan terus berlangsung sampai saat ini.Â
2. Tidak perlu keluar dana untuk kertas soal dan lembar jawaban
Ini mungkin yang menjadi nilai plus dari penggunaan ujian daring dengan menggunakan smartphone. Dengan hanya menggunakan aplikasi seperti Google Form atau yang sejenis, murid tidak perlu lagi menggunakan kertas soal dan lembar jawaban.Â
Dana untuk pembelian kertas soal dan lembar jawaban bisa dialihkan ke sektor lain, dan tidak perlu adanya sampah kertas menumpuk di sekolah yang pada akhirnya harus dimusnahkan dengan cara dibakar.
Dengan adanya ujian daring, tidak perlu lagi kertas soal dan lembar jawaban untuk ujian semester.
3. Meringankan beban guru dalam mengoreksi ujian murid
Ini yang menjadi pangkal penyakit bagi guru di saat akhir ujian semester. Mengoreksi ujian murid sangat membutuhkan waktu yang tidak sebentar, tapi sayangnya, kebutuhan akan kecepatan menyerahkan nilai akhir ke guru-guru kelas sangatlah mendesak dan harus segera diberikan, karena menyangkut penulisan rapor para murid.
Saya dulu mengalami kecapekan kronis setelah mengoreksi lembar jawaban murid dari 18 kelas untuk mata pelajaran bahasa Inggris dari kelas satu sampai kelas enam SD. Kalau seandainya satu kelas terdiri dari 30 siswa, maka total murid dari 18 kelas tersebut adalah 540 murid!Â
Dan saya harus mengoreksi dan menyetor nilai ke masing-masing guru kelas, dari kelas satu sampai kelas enam, selambat-lambatnya pada hari Rabu depan di minggu berikutnya (Jumat adalah ujian terakhir dan itu adalah bahasa Inggris, sehingga saya hanya punya waktu lima hari untuk mengoreksi dan merekap nilai menjadi hasil akhir yaitu nilai rapor), karena biasanya Kamis sudah rapat dinas untuk pembahasan perihal pengisian rapor atau kenaikan kelas dan hari Sabtu untuk pembagian rapor ke murid.