Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Carut-marut Bimbel, Apa Sebabnya?

22 Mei 2025   10:49 Diperbarui: 22 Mei 2025   19:46 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bimbel (Sumber: KOMPAS.COM/MARKUS YUWONO)

Saya tidak pernah kembali ke tempat dimana saya pernah bekerja sebelumnya. Mengulang "derita" tidak pernah ada dalam kamus kehidupan saya. Apalagi kalau sang bos memecat saya.

Tapi untuk kali ini, saya terpaksa menerima tawaran membantu mantan bos saya, sebut saja Tania. Beliau dulu sempat menjadi bos saya sewaktu saya mengajar di bimbingan belajar (bimbel) beliau beberapa tahun yang lalu. Sayangnya, saya dipecat tanpa saya ketahui apa yang salah pada diri saya.

Namun saya bisa menyangka kalau masalah tata kelola, terutama keuangan yang menjadi persoalan. Saya tidak mempermasalahkan pemecatan saya, meskipun rasa jengkel tentu saja ada. Saya pun move on. Hidup harus terus berlanjut. Rezeki bisa didapat dari tempat lain. Begitu prinsip hidup saya.

Dan, saya pun mencari penghidupan baru di tempat lain, lewat les privat. Dan saya, seperti yang sudah-sudah, tidak pernah berpikir untuk sekalipun kembali ke tempat kerja sebelumnya.

Sampai momen "kembali" di waktu kini datang.

Tentu saja, tidak serta merta saya menerima. Ada banyak pertimbangan, untung dan rugi berkelindan dalam benak: apa untungnya saya menerima dan apa ruginya jika saya menolak "penugasan" ini. Setelah melewati perenungan panjang dalam beberapa purnama, karena menimbang finansial yang sedang tidak baik-baik saja, dan setelah menghitung untung dan rugi, saya pun menerima. Mengajar dan "tugas khusus" lainnya. Mengajar bukan "tugas utama" saya.

Saya pun bingung. Apa sebenarnya permasalahan di bimbel Tania? Memang saya mendapat jatah mengajar beberapa kelas di bimbel, tapi tugas utama inilah yang membuat saya bertanya-tanya. Saya pun mengatur pertemuan secara pribadi dengan Tania untuk membahas secara lebih mendetail tentang tugas saya yang tidak lazim.

Brainstorming. Itulah yang saya terapkan untuk memetakan persoalan yang ada di bimbel Tania. Dengan begitu ada Peta Permasalahan yang terbentang dengan jelas. Secara fisik di atas papan tulis. Hitam di atas putih. Dengan begitu, pemakaian waktu untuk berdiskusi tidak percuma. 

Foto Mind Mapping Brainstorming dengan Tania (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Foto Mind Mapping Brainstorming dengan Tania (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Setelah memastikan tidak ada lagi poin-poin yang terlupa atau tertinggal, kami menyudahi diskusi pada saat itu. Saya menggodok lagi hal-hal yang dibahas dalam pertemuan tersebut di rumah. Sebenarnya permasalahan yang bimbel Tania hadapi masih tetap sama doeloe dan sekarang. Apabila dituangkan dalam poin-poin yang lebih terperinci, maka ada 4 (empat) hal yang Tania paparkan kepada saya tentang permasalahan di bimbel Tania:

1. Dia merasa pengajar di bimbelnya tidak tertib

Tania menyebutkan bahwa pengajar-pengajar di bimbel tidak tertib, seperti main HP saat mengajar, tidak mengenal nama-nama murid mereka, dan lain sebagainya. 

2. Tidak ada pembagian kelas yang jelas

Menurut saya, ini yang aneh. Tania sudah membagi kelas dengan jelas, tapi dia mengatakan tidak ada pembagian kelas yang jelas. 

3. Tania merasa perlu saya hadir di bimbel untuk mengawasi kelas dan pengajar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun