Saya tidak pernah kembali ke tempat dimana saya pernah bekerja sebelumnya. Mengulang "derita" tidak pernah ada dalam kamus kehidupan saya. Apalagi kalau sang bos memecat saya.
Tapi untuk kali ini, saya terpaksa menerima tawaran membantu mantan bos saya, sebut saja Tania. Beliau dulu sempat menjadi bos saya sewaktu saya mengajar di bimbingan belajar (bimbel) beliau beberapa tahun yang lalu. Sayangnya, saya dipecat tanpa saya ketahui apa yang salah pada diri saya.
Namun saya bisa menyangka kalau masalah tata kelola, terutama keuangan yang menjadi persoalan. Saya tidak mempermasalahkan pemecatan saya, meskipun rasa jengkel tentu saja ada. Saya pun move on. Hidup harus terus berlanjut. Rezeki bisa didapat dari tempat lain. Begitu prinsip hidup saya.
Dan, saya pun mencari penghidupan baru di tempat lain, lewat les privat. Dan saya, seperti yang sudah-sudah, tidak pernah berpikir untuk sekalipun kembali ke tempat kerja sebelumnya.
Sampai momen "kembali" di waktu kini datang.
Tentu saja, tidak serta merta saya menerima. Ada banyak pertimbangan, untung dan rugi berkelindan dalam benak: apa untungnya saya menerima dan apa ruginya jika saya menolak "penugasan" ini. Setelah melewati perenungan panjang dalam beberapa purnama, karena menimbang finansial yang sedang tidak baik-baik saja, dan setelah menghitung untung dan rugi, saya pun menerima. Mengajar dan "tugas khusus" lainnya. Mengajar bukan "tugas utama" saya.
Saya pun bingung. Apa sebenarnya permasalahan di bimbel Tania? Memang saya mendapat jatah mengajar beberapa kelas di bimbel, tapi tugas utama inilah yang membuat saya bertanya-tanya. Saya pun mengatur pertemuan secara pribadi dengan Tania untuk membahas secara lebih mendetail tentang tugas saya yang tidak lazim.
Brainstorming. Itulah yang saya terapkan untuk memetakan persoalan yang ada di bimbel Tania. Dengan begitu ada Peta Permasalahan yang terbentang dengan jelas. Secara fisik di atas papan tulis. Hitam di atas putih. Dengan begitu, pemakaian waktu untuk berdiskusi tidak percuma.Â
1. Dia merasa pengajar di bimbelnya tidak tertib
Tania menyebutkan bahwa pengajar-pengajar di bimbel tidak tertib, seperti main HP saat mengajar, tidak mengenal nama-nama murid mereka, dan lain sebagainya.Â
2. Tidak ada pembagian kelas yang jelas
Menurut saya, ini yang aneh. Tania sudah membagi kelas dengan jelas, tapi dia mengatakan tidak ada pembagian kelas yang jelas.Â