Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pilih Staples atau Karet Gelang?

26 Maret 2025   13:17 Diperbarui: 26 Maret 2025   23:09 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi karet gelang.(Sumber: UNSPLASH/Andres Siimon via Kompas.com)

"Mas, ini yang gak pedes, karetnya satu. Yang pedes, karetnya dua," kata ibu penjual tahu tek sewaktu menyerahkan dua bungkus tahu tek pada saya di suatu malam pada suatu masa tertentu.

Yah, karet gelang adalah penutup sekaligus penanda dari tahu tek, nasi bungkus, nasi campur, atau kuliner yang lain. Sesederhana itu. Namun menjadi agak berbeda dengan staples, benda; yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti potongan logam berbentuk U yang digunakan untuk menjepit kertas; pengisi stapler; beralih fungsi menjadi penjepit bungkus nasi atau plastik mika tempat menaruh kue-kue.

Apakah hal itu salah? Agak susah untuk mengatakan salah atau benar, karena tergantung dari sisi mana melihatnya.

Dari sisi penjual, menggunakan staples tentu saja lebih memudahkan, cepat, dan mungkin membeli staples tidak semahal dan sesusah membeli karet gelang.

Untuk konsumen atau pembeli, mungkin ada yang tidak mempermasalahkan penggunaan staples. Namun bagi pembeli yang lain, seperti saya, ketakutan tertelan staples menjadi trauma tersendiri.

Untungnya, saya belum pernah mengalami kejadian tak sengaja menelan staples dan mudah-mudahan tidak akan terjadi di kemudian hari. Kalau alas gelas mug pernah saya emut-emut, tapi bukan disengaja, Entah bagaimana ceritanya, alas dengan bentuk lingkaran tersebut tersaput oleh nasi di nasi campur yang saya beli di salah satu warung nasi. 

Saya keluarkan benda aneh tersebut dan kaget waktu melihat ada beling nyasar berbentuk lingkaran di nasi. Sejak saat itu, saya mem-blacklist warung nasi tersebut, karena membahayakan saya sebagai konsumen. Apa nama warung nasi yang hampir mencelakakan saya? Ah tak perlu diutarakan di sini. Mungkin mereka tak sengaja "membubuhkan" tambahan lauk berbahaya ke nasi campur saya. Biarlah Tuhan dan saya saja yang tahu.

Nah, kalau bendanya besar seperti alas gelas tadi, bisa terasa di mulut. Bagaimana dengan staples? Apalagi kan bendanya tidak besar dan bisa membahayakan jika konsumen langsung main hap-hap telan tanpa proses mengunyah makanan.

"Ah, pasti terasa di mulut," kata Budi (nama samaran), seorang kawan berkomentar, nirempati pada masalah yang mungkin bagi dia adalah sangat sepele sekali. Tidak mungkin terjadi.

Secara pribadi, saya tentu saja inginnya para penjual kuliner menggunakan karet gelang dibandingkan staples. Tapi mau bagaimana lagi. Keputusan menggunakan staples atau karet gelang berada pada setiap orang tanpa paksaan. Tidak ada larangan menggunakan staples untuk menyatukan penutup tempat makanan. 

Saya pun hanya bisa pasrah sewaktu mendapat makanan dari orang lain dalam wadah plastik mika yang di-staples. Dan seperti biasa, seakan sudah kesepakatan bersama, para penjual tersebut seperti seia sekata, menempatkan staples sebagai kuncian plastik mika di tiga tempat strategis yaitu di kiri-tengah-kanan. Bisa juga di empat tempat, yaitu satu di kiri, dua di tengah, dan satu lagi di kanan. Tapi pada umumnya, hanya tiga yang menjadi dominasi posisi staples di plastik mika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun