Rabu, 5 Februari 2024. Saya memutuskan untuk melepaskan penderitaan saya dari beratnya rambut yang sudah menyemak di kepala dan membuat kepala saya terasa berat.
Setelah berhari-hari bersikeras bertahan, ternyata pertahanan saya bobol juga. Rambut belakang sudah mencapai kerah baju. Rambut di depan sudah mencolek mata. Ibarat maju kena, mundur kena. Depan dan belakang sama-sama kena.Â
Tengah hari, tepatnya pada jam satu lewat, setelah makan siang, saya meluncur ke Frisco Barbershop (bukan jenama sebenarnya), salah satu tempat pangkas rambut di Samarinda yang sudah beberapa tahun terakhir menjadi tempat kepercayaan saya dalam menata rambut saya yang tebal tapi susah diatur.
Meskipun saya sudah pindah ke tempat tinggal yang baru di pinggiran kota, saya tetap menuju ke pangkas rambut ini yang terletak di tengah kota, dimana saya dulu sempat "ngontrak" rumah di sekitar barbershop tersebut.
Saya pun ada beberapa kali mencoba pangkas rambut terdekat di dekat tempat tinggal saya yang baru, tapi entah kenapa, hasil akhir potongan tidak memuaskan saya. Saya merasa potongan rambut tidak sesuai dengan yang saya kehendaki. Akhirnya, saya memutuskan untuk kembali ke Frisco Barbershop karena saya merasa cocok dengan hasil potongan rambut para barber-nya.
Panas sinar matahari mengguyur lebat kota Samarinda saat itu. Namun kondisi ini tidak menyurutkan niat saya untuk memendekkan rambut saya, supaya siksaan pada kepala sirna dan otak menjadi kinclong kembali.
Tiba di tujuan, ada seorang bapak keluar dari Frisco Barbershop (untuk seterusnya dalam artikel ini, akan disebut FBS saja). Tak lama, seorang perempuan juga beranjak keluar dari FBS, tapi terhenti di depan pintu. Dia melihat saya dan selanjutnya melihat sang bapak yang juga berhenti berjalan.
Sepertinya ada kontak batin di antara sang bapak dan perempuan yang sepertinya adalah istri sang bapak. Saya lalu segera bertanya, curiga FBS lagi tidak ada pemangkas rambutnya, karena suasana sepi, "Ini orang-orangnya lagi istirahat ya, Bu?"
"Oh, bapak mau potong rambut?" Bapak yang tadi sudah agak menjauh, sekarang sudah berjalan kembali ke pintu depan FBS.
"Iya, Pak. Tapi kalau lagi istirahat orang-orangnya, saya kembali nanti saja," Saya mau beranjak men-starter motor kembali, tapi bapak tersebut langsung menyela, "Bisa aja, Pak. Saya yang potong rambut bapak."
Tentu saja, saya senang, karena saya tidak perlu bolak-balik kembali ke FBS. Tapi di sisi yang lain, saya belum pernah melihat bapak ini memotong rambut di FBS. Malah, saya belum pernah melihatnya selama menjadi langganan.