Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

3 Pesan Moral Krusial dalam Cerita Rakyat Asal Mula Kota Balikpapan

10 Januari 2021   17:37 Diperbarui: 13 Januari 2021   12:10 6305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penumpang pesawat di Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan Balikpapan, Kalimantan Timur, Rabu (18/2/2015).(KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA)

Duka menyelimuti Putri Aji Tatin dan suami. Sebagai pengingat akan kejadian tersebut, wilayah teluk dimana perahu itu terbalik dengan papan-papan kayu yang berserakan di sekitarnya disebut Balikpapan, diambil dari dua kata "balik" dan "papan".

3 pesan moral krusial yang terkandung di dalam cerita

Setiap cerita rakyat mengandung pesan moral yang akan tetap abadi sampai kapan pun juga. Demikian juga dengan cerita rakyat "Asal Mula Kota Balikpapan".

Menurut saya, ada 3 (tiga) pesan moral krusial yang terkandung di dalam cerita tersebut.

1. Orangtua harus mendidik putra-putri dengan baik dan benar

Dari ringkasan cerita di atas, kita bisa melihat kalau Raja Aji Muhammad dan istri mendidik putri Aji Tatin dengan baik dan benar. Mereka sadar, Aji Tatin akan meneruskan tampuk kepemimpinan sebagai raja menggantikan ayahnya kelak.

Otomatis, hikmat dan pengetahuan harus menjadi bekal supaya Aji Tatin saat menjadi raja di kemudian hari bisa memerintah rakyatnya dengan adil dan bijaksana.

Raja Aji Muhammad menyediakan segala keperluan Aji Tatin dan mewariskan segala pengetahuan yang berkaitan dengan pemerintahan, supaya kelak Aji Tatin "siap menjalankan tugas" sebagai raja yang adil dan bijaksana.

Sayangnya, kebanyakan orangtua yang saya temui tidak mencerminkan tindakan yang cermat dalam mendidik anak. Alih-alih mendidik supaya putra-putri menjadi pribadi yang tangguh dan berilmu, mereka malah "mencecoki" putra-putri dengan segala kemewahan dan kemudahan, sehingga anak-anak mereka menjadi sosok-sosok manja dan mau enaknya saja.

Seperti contoh Rendi (bukan nama sebenarnya), seorang anak tunggal dari pasangan Reynold dan Dina (keduanya nama samaran). Mereka terlalu memanjakan Rendi sehingga Rendi menjadi seorang anak yang malas dan selalu menuntut segala kemauannya harus dipenuhi.

Saya sudah memberitahu kepada Reynold dan Dina, karena sebagai guru les, saya merasa berkewajiban untuk mengingatkan agar mereka tidak memanjakan Rendi, tapi mendidiknya dengan baik dan benar, mengajarkan nilai-nilai moral supaya Rendi menjadi pribadi yang disiplin, unggul, berbudi, dan berguna di masa depan.

"Terima kasih sudah mengingatkan, Pak Anton. Kami akan berusaha memperbaiki kesalahan yang telah kami buat," kata Reynold, sang ayah.

Semoga saja ada perubahan sikap Rendi dikarenakan ada perubahan cara kedua orangtuanya dalam mendidik. Mudah-mudahan.

2. Orangtua mempunyai kewajiban untuk memberikan warisan yang "bermanfaat"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun