Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan featured

Ibu, Mungkin Kau Tak Pernah Menyangka Kalau...

20 November 2020   12:14 Diperbarui: 22 Desember 2021   06:17 1120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Thinkstockphotos via KOMPAS.COM)

Sampai-sampai ada komentar yang sempat menjadi candaan di antara kami, para guru di SD tempat saya mengajar dulu, "Ngurus anak satu saja sudah bikin pusing ortu zaman now. Orang tua zaman doeloe kok malah tak masalah dan tak mengeluh sama sekali," ujar Pak Gunawan (bukan nama sebenarnya), salah seorang rekan guru.

Ya, memang aneh kalau dipikir-pikir. Seharusnya ortu zaman now bisa lebih mengetahui kenapa mereka "bermasalah" dengan anak-anak mereka, apalagi di era membanjirnya informasi saat ini.

Ibu mendidik kami dengan memberikan contoh langsung. Saya ingat akan nilai-nilai moral, nilai-nilai kehidupan yang ibu tanamkan tanpa "terlihat" menggurui lewat aktivitas-aktivitas nyata dalam keseharian.

Contohnya lewat kecintaan merawat tanaman di kebun kecil di belakang rumah waktu saya masih berstatus siswa SD. Tanaman-tanaman seperti lidah buaya, bunga wijayakusuma, mawar, melati, suplir, dan lain sebagainya, semuanya menjadi "media pengajaran" yang ibu gunakan untuk mendidik kami akan nilai-nilai moral yang perlu kami terapkan dalam kehidupan.

Kedisiplinan, kerajinan, kegigihan, itu semua adalah nilai-nilai moral yang menjadi "bahan ajar", inti sari dari kegiatan berkebun. Lewat kegiatan secara langsung, bukan hanya belajar teori berkebun saja.

Begitu juga dengan memasak, membuat kue, dan lain-lain. Ada nilai-nilai moral di setiap kegiatan meskipun semakin tinggi jenjang pendidikan yang saya tempuh, semakin sedikit waktu yang tersedia bagi saya untuk membantu ibu, karena PR yang menumpuk.

3. Mengenalkan kecintaan akan buku pada anak tanpa paksaan, tapi lewat tindakan nyata

Buku, majalah, surat kabar, semuanya itu merupakan benda-benda yang umum didapati di rumah kami dulu. 

Padahal ayah dan ibu cuma lulusan SMP, tapi mereka adalah pembaca yang lapar dan haus akan pengetahuan. 

Membaca menjadi kebiasaan sejak kecil karena ayah dan terutama ibu sangat gemar membaca, sehingga kegemaran membaca menular pada anak-anaknya tanpa terkecuali.

Ada seorang kenalan, sebut saja Tina, yang mempunyai anak semata wayang bernama Alvin (bukan nama sebenarnya). Dia selalu mengeluh perihal anaknya yang tidak suka membaca dan hanya gemar bermain game online terlebih di saat Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) saat ini.

"Padahal aku sudah membelikan banyak buku, tapi dia tetap tidak suka membaca," Tina mengeluh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun