Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Benci Datang Ketika Gerimis Mengundang

30 Oktober 2020   15:13 Diperbarui: 30 Oktober 2020   15:14 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Serienknipser via pixabay.com)

Lima belas tahun yang lalu. Kilas balik yang menandai keretakan hati. Saat aku menunggumu di kafe pojokan jalan. Menanti tanpa kepastian kapan kau tiba.

Kau tidak muncul di hadapan. Aku menunggu dengan sia-sia. Saat itu gerimis turun dari langit muram, seakan menggambarkan hatiku yang sama suramnya. Capuccino tidak juga menceriakan diri. Yang ada hanya kehampaan dalam relung kosong di jiwa.

Ternyata undangan resepsi tiba seminggu sesudahnya. Seminggu kau tidak berkabar, ternyata kau memberi kejutan yang menyakitkan. Hati terluka kembali, lebih parah dari seminggu yang lalu. Ternyata hubungan kita selama ini kau campakkan begitu saja.

Selama lima belas tahun aku berusaha untuk menyingkirkan hadirmu di hatiku. Sakit hatiku akan pengkhianatanmu, menggantung harapan hidup bersama dengan wanita impian harus pupus begitu saja. 

Sekarang kau tiba-tiba muncul. Menanyakan apakah cintaku masih sebesar dulu. Kau menyesal tidak memilihku dan memilih Doni yang sekarang sudah jadi mantan suami. Kau ingin merajut kembali kasih yang sudah terkoyak dan entah apakah masih bisa diperbaiki.

Benci yang dulu benar-benar cinta, sekarang entah apakah masih sama. Kita duduk berdua di kafe pojokan jalan seperti flashback ke masa silam untuk memperbaiki kesalahan sunting film. Gerimis tetap menetes, capuccino menemaniku, dan latte di depanmu.

Entah apa benar-benar cinta atau benci dalam arti yang sesungguhnya. Aku tak pernah membayangkan engkau hadir kembali, memutar ulang bagian film yang tak ingin kuhadapi lagi. 

Engkau mengharapkanku mendampingimu setelah engkau terluka. Sayangnya, engkau lupa akan satu hal.

Dimanakah kau saat aku terluka lima belas tahun yang lalu ketika aku membutuhkan penjelasanmu? 

Samarinda, 30 Oktober 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun