Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menilik Durasi Ideal PJJ lewat Zoom dan Masukan untuk Pemerintah

27 Oktober 2020   18:16 Diperbarui: 27 Oktober 2020   18:19 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aplikasi Zoom(forbes.com via KOMPAS.COM)

Selain lewat video, menulis materi ajar di blog juga dapat dilakukan. Sebagus apa pun isi buku pelajaran, apa yang diberikan oleh guru kepada peserta didik, menurut saya, jelas lebih mengena karena guru lebih mengetahui kondisi para peserta didik.

Menyederhanakan materi ajar dan menyesuaikan dengan kebutuhan siswa-siswi menjadi prioritas utama. Menuangkan penjelasan dalam bentuk tulisan di blog akan membantu pemahaman peserta didik semakin terang benderang.

Masukan untuk pemerintah

Saya cuma seorang guru biasa yang tidak punya pengaruh apa-apa di ranah publik. Meskipun begitu, saya memberanikan diri untuk memberi masukan kepada pemerintah demi perbaikan dan peningkatan pendidikan Indonesia ke depan, khususnya dalam menghadapi kondisi PJJ yang lagi bersengkarut saat ini.

Ada 3 (tiga) masukan untuk pemerintah.

1. Membuat blueprint atau cetak biru kurikulum darurat yang jelas dan terarah

Terkadang saya bingung dengan kondisi negara Indonesia. Wacana sudah gencar dimana-mana bahkan sampai merambah ke media sosial dan media online, tapi ternyata "hitam di atas putih" belum ada sama sekali.

Kondisi PJJ sudah mencapai hampir delapan bulan. Sudah seharusnya pemerintah merancang blueprint atau cetak biru kurikulum darurat yang jelas dan sesuai dengan keadaan saat ini dikarenakan pandemi covid-19.

Pemerintah dalam hal ini diwakili oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan jajarannya, dari tingkat pusat sampai daerah, membuat kurikulum darurat yang disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing.

2. Peserta didik, orang tua murid, guru, dan kepala sekolah perlu dilibatkan dalam pembuatan kurikulum darurat

Berbagai kurikulum terdahulu dan yang terakhir yaitu kurikulum 2013 "terlihat bagus" di kulit luar, elok di pemandangan, merdu di pendengaran, tapi ternyata "loyo" di penerapan.

Saya mengasumsikan kalau peserta didik, orang tua murid, guru, dan kepala sekolah tidak dilibatkan dalam pembuatan kurikulum-kurikulum sebelumnya. Yang membuat, menurut kabar angin, adalah beberapa dosen dan guru besar dari berbagai perguruan tinggi terkemuka di negeri ini.

Apakah salah kalau dosen dan guru besar yang merancang kurikulum pendidikan dasar dan menengah? Tentu saja tidak salah. Malah bagus. 

Namun yang menjadi pertanyaan besar, a big question di benak saya adalah apakah para dosen dan guru besar tersebut pernah mengajar di tingkat pendidikan dasar dan menengah? Apakah mereka punya pengalaman mengajar di tingkat SD, SMP, dan SMA?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun