Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Hai Senior, Lebih Baik Lakukan 3 Hal Ini untuk Juniormu Saat Ospek

18 September 2020   15:27 Diperbarui: 18 September 2020   20:21 715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ospek (Sumber: Dok. UMN via KOMPAS.COM)

Dalam benak saya, "Apakah benar mental Maba bisa kuat setelah mengikuti ospek?"

Saya ragukan hal tersebut.

Daripada membentak dan menggojlok Junior, lebih baik lakukan 3 hal ini

Membentak. Menggojlok. Untuk apa? Apa manfaatnya? Padahal, kepanjangan dari Ospek adalah Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus. Kan tidak sesuai dengan membentak dan menggojlok. Tidak ada hubungannya sama sekali!

Seandainya ada para senior alias kakak tingkat yang saat ini kebetulan menjadi panitia ospek dan membaca tulisan saya ini, kiranya bisa mempertimbangkan usulan saya perihal kegiatan-kegiatan yang bermanfaat untuk para junior, mahasiswa baru.

Menurut saya, 3 hal ini patut dilakukan di saat ospek, 3 hal yang sangat bermanfaat bagi Maba sebelum menghadapi dunia perkuliahan yang masih asing bagi mereka.

1. Mengenalkan cara belajar di perguruan tinggi
Di awal perkuliahan dulu, saya tertatih-tatih dalam mengikuti kuliah. Bagi saya, belajar di perguruan tinggi saat itu sangat jauh berbeda dengan di sekolah.

Mau bolos kuliah, dosen tidak peduli. Mereka akan memberikan nilai "tidak lulus" pada mahasiswa/mahasiswi tersebut, dan konsekuensinya, sang mahasiswa/mahasiswi harus mengulang mata kuliah yang diajar oleh sang dosen di semester berikutnya.

Begitu juga dengan perkuliahan yang bisa dikatakan membosankan, karena kebanyakan dosen cenderung "textbook". Sekadar membaca atau menjelaskan materi dari diktat perkuliahan, tapi minim pemaparan yang jelas dan terang benderang.

Ada sih beberapa dosen yang sangat berdedikasi tinggi; datang tepat waktu; menjelaskan dengan runtut, sistematis, dan jelas; serta mengerti akan kesulitan mahasiswa, terutama yang merantau jauh dari kampung halaman. Sayangnya, jumlah dosen seperti ini hanya sedikit, bisa dihitung dengan jari.

Untungnya, saya tidak berlarut-larut dipenuhi dengan kebingungan. Ada salah seorang penulis, Ben Carson, yang menulis buku "Think Big" berdasarkan pengalaman hidupnya, belajar secara mendalam di perguruan tinggi, dengan cara membaca berbagai buku yang berhubungan dengan mata kuliah-mata kuliah yang dia ambil di perguruan tinggi.

Saya menemukan cara belajar yang sesuai dengan kondisi di perguruan tinggi berkat buku "Think Big" tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun