Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Satu Hari Sebelum Lebaran

22 Mei 2020   19:54 Diperbarui: 22 Mei 2020   19:55 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : pixabay.com/PublicDomainPictures

Lelaki tua itu masih saja membujang. Belum bisa move on dari bayangan masa silam. Teringat dahulu kala. Tatkala sang pujaan masih bersama.

Tiga puluh tahun yang lalu. Satu hari sebelum lebaran. Dia dan sang dewi berada dalam satu kendaraan. Menjelang buka puasa. Dia mengemudikan sepeda motor. Sang pujaan ada di boncengan.

Hujan begitu lebat. Dia tak melihat lubang di depan. Banjir menutup "jebakan" di jalan.

Sepeda motor terguling ke kiri. Dia terlempar dari sepeda motor. Sang dewi terhempas. Helm sang pujaan ikut terlepas. 

Kepala sang dewi terantuk batu. Darah bercucuran keluar dari kepala sang dewi. Sang pujaan tak sadarkan diri. Secepat mungkin si lelaki membawa sang pujaan ke rumah sakit terdekat. 

Sayang, nyawa sang dewi tidak tertolong. Lelaki itu patah hati. Trauma. Menyesali diri.

Atas dukungan keluarga dan handai tolan, dia berusaha membuka lembaran baru. Tapi matanya selalu melihat hadirnya sang dewi pada setiap perempuan.

Ketika menjalin hubungan baru dengan perempuan lain, bayangan sang dewi tetap terpampang di mata lelaki itu. Akibatnya, setiap perempuan memutuskan hubungan. Mereka tak mau dianggap sebagai pengganti sang dewi.

Lelaki tua itu memainkan lagu ini. Mengenang tiga puluh tahun yang lalu. Kejadian sebelum kecelakaan. Saat mereka berdua duduk bersama. Di tepian sungai Mahakam. Dia bermain gitar. Sang dewi mendengarkan dengan mata berbinar-binar. 

Dia. Sang lelaki yang masih muda saat itu. Dia memainkan lagu ini di gitar andalan. Gitar yang juga sekarang ikut beranjak tua.

Samarinda, 22 Mei 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun