Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Obat yang Sebenarnya adalah...

15 November 2019   14:59 Diperbarui: 15 November 2019   15:07 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : hellosehat.com

Obat, satu kata yang sangat akrab dengan saya waktu kecil. Kenapa sangat akrab? Karena saat usia belia, saya sering sakit dan sangat kurus.

Ayah membawa saya ke dokter. Selain 'suntik dulu sebelum pulang' (yang bikin saya jengkel), juga di-'sangu'-in obat plus vitamin. 

"Supaya jadi gemuk," kata sang dokter yang saya sudah lupa siapa namanya. 

Sayangnya, saya tak juga gemuk-gemuk. 

Orangtua menyangka saya cacingan. Beberapa obat cacing sudah saya minum. Tak mempan juga. Saya tetap kurus karing ('karing', kata dalam bahasa banjar; dalam bahasa Indonesia, artinya 'kering').

"Sepertinya anak bapak nurun dari bapak atau ibu. Kurus saat muda, nanti kalau sudah dewasa, baru badannya berkembang," kata sang dokter pada akhir diagnosa, setelah berkali-kali bolak-balik saya diperiksa beliau. 

Pengalaman waktu kecil yang akrab dengan obat-obatan membuat saya sedapat mungkin menjaga kesehatan diri sewaktu dewasa dan hidup mandiri. Sedapat mungkin jangan sampai sakit, apalagi sampai menderita sakit parah atau kecelakaan, sehingga harus dirawat inap di rumah sakit. 

Puji Tuhan, sampai sekarang, saya belum pernah sakit parah. Paling sebatas flu, batuk, pusing kepala (kalau pusing karena tongpes alias kantong kempes, itu termasuk penyakit atau bukan ya ^_^?).

Saya bersikeras tidak minum obat, kecuali kalau sudah berhari-hari, lebih dari tiga hari, baru terpaksa saya minum obat. Kalau bisa saya tahan, ya tidak minum obat. 

"Pencerahan" dari Seorang "Murid" 

Kalau mempunyai murid les dari tingkat SD, SMP, atau SMA, itu sih sudah biasa. Namun kalau mendapat murid dari kalangan profesional, tentu saja sangat langka, apalagi "murid" yang berprofesi sebagai dokter, wah, bisa dihitung jari. Selama hidup, saya pernah mengajar dua dokter beberapa tahun yang lalu. 

Yang pertama, sebut saja Pak Dokter Handoko, dokter spesialis anak di Samarinda. Saya mengajar beliau tentang pengoperasian komputer, karena beliau harus mengajar soal kesehatan anak dan yang berkaitan dengan itu di akademi keperawatan.

Saya banyak mendapat "pencerahan" dari "murid" saya yang satu ini, dalam hal seputar kesehatan anak dan juga tentang psikologi anak, sesuai bidang beliau. 

Saya merasa wawasan saya sebagai guru esde waktu itu sangatlah bertambah, terutama dari segi kesehatan jasmani dan rohani anak usia dini. 

Tapi, kalau yang berkaitan dengan kesehatan sesuai dengan judul di atas saya dapatkan dari Pak Dokter Sudirman (bukan nama sebenarnya), dokter spesialis bedah, yang juga belajar komputer dan juga bahasa Inggris pada saya. 

"Pencerahan" dari sang "murid" ini saya dapatkan tanpa sengaja, karena anak beliau yang juga saya ajar terlebih dahulu, yaitu Joko (nama samaran) sering terkena flu. Flunya kali ini sudah lewat dari seminggu, menurut pemantauan saya. 

"Itu si Joko gak minum obat aja, Pak? Minggu lalu waktu saya ajar, dia flu. Kali ini juga," tanya saya. 

"Oh, dia gak terus-terusan kena flu. Kadang-kadang aja. Maklum, tugas sekolah kan banyak. Mungkin badannya lelah. Jadinya kena flu," jawab Pak Dirman, panggilannya sehari-hari. 

"Tapi kan mengganggu kenyamanan dalam beraktivitas, Pak. Kalau minum obat kan langsung cespleng, sembuh seketika," kata saya, sambil melihat ketikan Pak Dirman di layar laptop. 

"Sembuh, tapi efek sampingnya yang harus dipikirkan terlebih dulu, sebelum mengonsumsi obat," jawab Pak Dirman lagi, sambil matanya tetap serius menatap layar laptop. 

"Lagipula," Pak Dirman melanjutkan, "Obat yang sebenarnya itu tidak perlu keluar banyak uang dan tidak perlu sedikit-sedikit pergi ke dokter untuk berobat."

"Wah, baru kali ini saya dengar nasihat dari seorang dokter untuk tidak perlu sedikit-sedikit pergi ke dokter untuk berobat. Nanti dokternya banyak yang menganggur karena tidak ada pasien yang datang."

"Tidak juga, Pak Anton. Pasti ada yang datang. Misalnya, untuk Medical Check up, imunisasi, atau sekedar konsultasi. Saya pribadi malah senang kalau banyak orang sadar pentingnya menjaga kesehatan diri. Saya percaya, dokter-dokter yang lain juga berpikiran begitu. Karena mencegah lebih baik daripada mengobati."

"Lalu obat yang sebenarnya tadi yang bapak bilang itu apa?" tanya saya. 

"Ada beberapa, Pak.

"Obat Pertama, Banyak minum air putih. Kecenderungan kita pada umumnya, kalau sudah bekerja, apalagi yang menuntut konsentrasi tinggi dan durasi lama, serta bekerja dalam ruangan ber-AC dan duduk dari jam delapan pagi sampai jam lima sore adalah kurangnya minum air putih. Padahal tubuh kita sekitar 60% - 70% terdiri dari air. Bayangkan kalau kita kurang minum air putih. Bisa dehidrasi.

"Selain itu air bisa membuang racun di tubuh kita, dimana racun itu keluar dari air seni. Belum lagi manfaat-manfaat yang lainnya.

"Sayangnya, bukannya minum air putih, beberapa orang minum minuman penambah stamina yang mudah didapatkan di warung-warung dan toko-toko terdekat. Kalau kadang-kadang mengonsumsi sih tidak masalah, tapi kalau setiap hari, bisa bahaya. Ginjal dan hati bisa rusak. 

"Saya punya kenalan, anaknya masih usia SMP kelas delapan kalau tidak salah. Anaknya itu terkena gagal ginjal karena mengonsumsi secara keliru minuman penambah stamina setiap pagi sebelum latihan bulutangkis di klubnya. Dia tidak sarapan. Minuman penambah stamina dikonsumsi sebagai pengganti sarapan dan makanan utama lainnya. Jelas itu salah dalam penggunaannya.

"Jadi minum air putih itu wajib hukumnya dalam kesehatan. 

"Obat Kedua, Banyak istirahat. Sedapat mungkin, setelah tiba di rumah, entah sehabis dari sekolah atau tempat kerja, istirahat yang banyak. Tidur. Supaya cepat sembuh. Karena biasanya rasa sakit atau penyakit itu merupakan salah satu 'tanda' kalau tubuh kita perlu istirahat. Setelah minum air putih yang banyak, lalu tidur. Supaya tubuh istirahat. 

"Tentu saja, banyak istirahat yang dimaksud di sini adalah yang secukupnya. Kalau dirasa cukup, ya sudah. Jangan malah bablas tidur dari jam dua siang sampai jam sepuluh malam. Itu sih malas namanya. Beralasan sakit, padahal malas belajar. 

"Obat Ketiga, Tetap berolahraga kalau memungkinkan. Selama masih bisa bergerak, olahraga tetap dilakukan. Tidak perlu yang berat-berat. Jalan kaki keliling kompleks, bersepeda, berenang, atau jogging, kalau sanggup melakukan. Terkadang, karena kurang berolahraga, tubuh kita lesu. Sehat, tapi sebenarnya tidak fit secara penuh. 

"Dengan olahraga, tubuh jadi sehat dan segar. Kalau berolahraga, sakit pun bisa berangsur hilang. 

"Obat Keempat dan terakhir, Isi pikiran dengan hal-hal yang positif dan menyenangkan. Terkadang, penyakit disebabkan oleh pikiran yang 'negatif'. Oleh karena itu, isi pikiran dengan hal-hal yang positif dan menyenangkan, seperti membaca kitab suci, berdoa, melakukan hobi, dan lain sebagainya. 

Dengan melakukan kegiatan yang disuka, proses pemulihan pun jadi cepat terealisasi.

"Mohon maaf lho, Pak Anton, kalau saya terkesan mengajari bapak," Pak Dirman mengakhiri 'kuliah singkat'-nya. 

"Ah, saya malah senang bisa tahu obat mujarab untuk mengatasi masalah penyakit kita. Dengan begitu, jangan dengan mudahnya minum obat kalau sakit sedikit saja," kata saya sambil tersenyum. 

"Ya, Pak. Kasihan ginjal dan hati kita" pungkas Pak Dokter Sudirman. 

Obat yang Sebenarnya adalah...

Dari pengalaman berbincang dengan Pak Dokter Sudirman, saya mendapat pengetahuan yang luar biasa, bahwa obat yang sebenarnya adalah 'obat-obat' yang ada di sekitar kita, bisa kita peroleh dengan mudah dan bisa kita lakukan dengan leluasa.

Obat-obat yang sebenarnya adalah :

  1. Banyak minum air putih

  2. Banyak istirahat

  3. Tetap berolahraga kalau memungkinkan

  4. Isi pikiran dengan hal-hal yang positif dan menyenangkan

Saya sudah 'mengonsumsi obat-obat' ini dan they work for me. Saya bisa mempunyai hidup yang berkualitas tanpa intervensi dari obat-obatan lain sejauh ini. 

Kiranya 'obat-obat yang sebenarnya' ini bisa bekerja dengan maksimal bagi Anda dan keluarga tercinta.

Salam Kompasiana. 

"Jagalah kesehatan diri selagi bisa, supaya bisa terus produktif sampai akhir masa."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun