Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Pahlawanku] Kuingat Saat Itu

18 Agustus 2019   22:36 Diperbarui: 18 Agustus 2019   22:44 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : thetechnoskeptic.com

SMA adalah saat dimana hidup keluarga sangat prihatin. Jadi kontraktor alias kontrak rumah setahun sekali. Aku naik kelas, otomatis pindah rumah juga.

Kebanyakan orang mengatakan masa SMA adalah masa yang indah, namun bagiku, SMA adalah masa yang menyedihkan. Makan dengan tempe, tahu, atau sekadar mie instan saja sudah bersyukur. Boro-boro memikirkan untuk pacaran, untuk biaya sekolah saja sudah sulit membayar. Dan juga, ayah waktu itu sudah sakit-sakitan. Terkena diabetes menyebabkan kesehatannya jadi sangat terganggu. Tapi yang lebih terganggu adalah pikirannya. Dulu banyak orang yang mengelu-elukannya karena dia sukses sebagai pengusaha, tapi waktu dia bangkrut dan usaha tutup, tidak ada lagi yang peduli padanya.

Hanya keluarga, saudara, dan beberapa sahabat yang masih berhubungan dekat dengan ayah.

* * *

Meskipun aku tidak begitu mengenal pribadinya semasa ayah masih ada, namun aku menganggap ayah sebagai pahlawanku.

Dalam diam, ayah menghidupi keluarga semasa sukses.

Dalam diam, ayah tidak mengungkapkan kebangkrutannya, supaya keluarga tidak cemas, dan dia menanggungnya dalam diam, yang mengakibatkan penyakit yang harus dideritanya.

Dalam diam, ayah tidak mengeluh karena penyakitnya, terutama di saat banyak orang meninggalkannya saat sudah tak berpunya, seakan dia mengidap penyakit berbahaya.

Dalam diam pula, ayah meninggal, di saat dini hari, di mana keluarga masih terlelap, dan melihatnya sudah berpulang ke rumah Bapa di Surga di saat menjelang matahari mau bersinar.

Ayah seorang laki-laki yang menumbuhkan rasa hormat di hatiku. Tentu saja, dia bukan ayah yang sempurna, namun dia tak pernah sekalipun mempermalukan atau mengecewakan kami, keluarganya.

Aku masih ingat di saat ayah, sewaktu masih jaya, suka mengajakku bersama ibu, bertiga, naik mobil pickup Chevrolet ke Kilometer 5 Balikpapan, saat sore hari sekitar jam empat, untuk melihat kebon kami di sana, tempat ayah memelihara ayam dan sapi. Betapa senangnya aku waktu ayah mengajak ke sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun