Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama FEATURED

3 Faktor Utama Penentu Gaji Tinggi bagi Fresh Graduate

27 Juli 2019   10:42 Diperbarui: 17 Juni 2021   07:29 1380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : www.bradfordjacobs.com

"Wah, berarti yang baru lulus, fresh graduate tidak kompeten dong!"

Mungkin itu anggapan Anda kalau melihat pernyataan di atas perihal fresh graduate dan tua berpengalaman tadi ^_^.

Sebenarnya, tidak selalu fresh graduate itu minim keahlian.

Asal Anda betul-betul tekun belajar, serta mengaplikasikan dalam praktek nyata, waktu lulus niscaya Anda tidak akan mencari kerja, malahan berbagai perusahaan akan menyodori kerjaan pada Anda. Anda akan "diuber-uber", karena mereka, para perusahaan, berlomba-lomba supaya mereka bisa menggunakan jasa Anda.

Saya termasuk beruntung, karena sewaktu kuliah, sudah bekerja sebagai guru honorer di berbagai esde dan kursus bahasa Inggris. Menjalani praktek nyata sebagai guru bahasa Inggris melengkapi teori yang saya dapat di universitas. Teori saja akan menjadi "ilmu mati" jika tidak dipraktekkan.

Artikel saya terdahulu, Apakah Ada Hubungan antara Status Mahasiswa Kupu-kupu dan Karier di Masa Depan? menyebutkan bahwa saya mengajar di esde dan kursus bahasa Inggris karena ingin mencari uang untuk bayar indekos dan kebutuhan sehari-hari, plus SPP kuliah. Namun, selain itu, alasan lain yang mendasari adalah karena ingin sudah "siap tempur" sewaktu lulus.

"Kan ada Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) dan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Dua itu sudah cukup," dalih Susan (nama samaran), salah seorang rekan guru di esde.

PPL dan KKN yang tak sampai setahun tentu saja tidak cukup sebagai bekal dikatakan "ahli", karena kasus yang pernah saya temui tentang calon guru yang fresh graduate dari universitas beken di Indonesia, tapi tidak bisa menuliskan kata "bantal" dalam bahasa Inggris dengan benar (Anda bisa membaca kisahnya di artikel saya yang berjudul Ketika Mengajar Semestinya Kita Membisakan, Bukan Membisukan).

Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang tinggi sampai mencapai 3,80 ke atas tidak menjamin keahlian seseorang. Namun bukan berarti mendapat IPK dengan kisaran 2,00 menjadi pembenaran. 

Dino, seperti yang saya ceritakan di dalam artikel 1 Tesis Dihargai Rp 500 Ribu, Ini Serius atau Bercanda?, sebenarnya mempunyai potensi sebagai guru yang berkualitas. Sayangnya, selain mengajar untuk membayar SPP kuliah dan kebutuhan hidup; dia mempunyai seabrek kegiatan organisasi yang padat sampai malam hari.

Akibat? Tentu saja, mau belajar apa, kalau pulang ke rumah kontrakan sudah pukul 12 malam? Badan capek, pikiran sumpek, mata mengantuk. Jadinya tidur dan tidak belajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun