Tak ada yang bisa menebak jalan pikiran di lubuk hati terdalam Nana.
Jawabannya bisa "Ya", bisa juga "Tidak".
Yang jelas, kalau "Ya", berarti kita akan melihat "gebrakan-gebrakan" Nana yang tak kalah gemilang dan cemerlang seperti "sepak terjang" Susi Pudjiastuti, Menteri Kelautan dan Perikanan.
Itu positifnya.
Negatifnya, Kalau Nana menjawab "Ya", berarti kita bakal kehilangan program "Mata Najwa" yang selalu menginspirasi. Mungkin saja program tetap berjalan, tapi "Tuan rumah" yang berganti. Akibat? Jelas tak mungkin namanya "Mata Najwa" lagi. Bisa jadi "Mata Rina", "Mata Rosa", atau pun mungkin "Mata Sinta", tergantung siapa pembawa acaranya. Sapaan "Selamat malam, selamat datang di Mata Najwa. Saya Najwa Shihab, tuan rumah Mata Najwa ...." takkan terdengar lagi di telinga kita, para pemuja Nana yang selalu rindu dengan tatapan magis dan alunan suara merdunya.
Kalau jawabannya "Tidak", telinga dan mata kita akan tetap dimanjakan oleh sajian-sajian aktual nan menginspirasi dari acara "Mata Najwa", namun di sisi yang lain, kita tidak akan pernah tahu bagaimana Nana membenahi komunikasi dan informatika di Indonesia karena dia tak pernah menjadi menteri kominfo.
Itu semua kembali pada Nana, sang fenomena.
Na, seandainya kamu baca artikel ini, apa jawabanmu ^_^?
Rujukan: