Kotak berisi cincin ini sudah siap berpindah tangan disertai dengan kalimat yang sudah dipersiapkan dengan matang. Namun sang pujaan tetap tak kunjung datang dan aku pun terlongong-longong seperti orang kalah taruhan.Â
Si cicak tetap menatapku dengan pandangannya yang itu-itu lagi. Seandainya kau burung merpati, aku ingin kau terbang mendatangi kekasihku dan bertanya kepadanya kenapa kau tak datang malam ini.Â
Cicak itu tetap menatapku dengan tatapan membeku. Seakan mengajariku untuk sabar menanti pujaan. Jarum jam sebentar lagi menunjukkan pukul sepuluh. Biarlah aku menanti kekasih, sembari mengisi waktu bertatapan dengan sang cicak.Â
Aku menantimu, kekasih. Cicak sedang menemaniku. Bertatapan bersama.Â