Orangtua sempat menentang, namun saya memberikan pengertian dan ilustrasi. Saya bilang ke ibu saya, "Anak macan tidak bisa jadi macan dewasa, kalau tetap ikut dengan orangtua atau keluarganya".
Jadi kalau saya tidak bekerja, tentu saja, saya tidak akan bisa membayar uang indekos dan juga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti makan, minum, dan lain-lain.Â
Saya sudah bilang ke orangtua dan kakak-kakak saya, supaya mereka tidak usah mengirimkan uang ke saya. Saya harus berkomitmen dengan niat saya untuk mandiri.
Tak heran, waktu di kuliah, selain ditunjuk sebagai ketua tingkat (uhuk ^_^), juga banyak yang mengandalkan saya, berebutan duduk di samping saya waktu kuis dan ujian semester.
Tujuan mereka? Ingin menyontek jawaban-jawaban di kertas saya ^_^.
"Maklumlah, Pak Anton. Kami kan guru esde. Tidak pernah mengajar bahasa Inggris. Lagipula, kami sudah tidak pernah belajar bahasa Inggris sejak terakhir lulus dari SPG (Sekolah Pendidikan Guru, setara SMA atau SMK sekarang ini)."
Yah, saya kuliah bersama beberapa guru esde yang belum menyandang gelar sarjana. Ada yang lulusan SPG, ada yang lulus Diploma 1, dan lain sebagainya. Mereka mendapat beasiswa dari pemerintah untuk melanjutkan studi ke jenjang Strata Satu.Â
Lucunya, di sekolah, mereka mempunyai jabatan guru kelas. Ngajar bahasa Inggris? Jelas tidak pernah!
Ibarat kata, saya sudah "curi start" lebih dulu, karena memang sejak SMP, saya sudah suka dengan bahasa Inggris, ditambah saya sudah mengajar les privat bahasa Inggris sebelum kuliah.
Saya menjalani profesi guru dan instruktur bahasa Inggris sampai lulus kuliah.
Teman-teman seangkatan saya pernah berkata, "Kalau Pak Anton sih cuma cari ijazah saja. Ilmu sudah jago, sudah lihai."