Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Dua Sisi

10 Maret 2019   20:20 Diperbarui: 10 Maret 2019   20:45 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup bagai suatu panggung sandiwara. Entah sejak kapan istilah ini muncul. Yang jelas, tidak jauh dari realitas hidup sehari-hari.

Bagai seorang aktor di suatu film atau sinetron. Bisa baik perannya atau antagonis, semua itu berpulang pada sang sutradara. Namun begitu tidaklah sama apabila hidup mempunyai dua sisi yang bertolak belakang. Biasanya orang punya satu sisi. Tapi orang yang satu ini berbeda.

Sandi merasa ada yang lain pada dirinya sejak dia mengalami kecelakaan. Kecelakaan lalulintas. Jatuh dari sepeda motor, sesudah menubruk mobil yang berada didepan, karena tidak fokus.

Sandi pingsan, lalu dibawa ke rumah sakit. Semuanya bagai sebuah mimpi. Tak merasakan apa-apa, bahkan waktu terjadi kecelakaan pun tak disadari. Waktu sadar, sudah ada di rumah sakit, seperti baru bangun tidur, namun terasa aneh. Bau obat, nyeri di wajah sebelah kiri, dan waktu menyentuh alis kiri, ada darah!

Sandi tak ingin mengingat hal itu lagi. Baginya, itu trauma yang aneh. Siapa yang ingin mengalaminya? Tak ada! Tak seorang pun!

Hari pertama, memiliki wajah yang 'baal', terasa tebal di sebelah kiri merupakan hal yang aneh. Sandi mudah merasa pusing dan tak berdaya. Hari kedua, masih terasa aneh. "Siapa tahu dengan fisioterapi, kamu bisa sembuh, Di," saran Doni.

Namun sang fisioterapis pun tak bisa memberikan jaminan. "Kasus Mas ini langka. Biasanya orang tua yang terkena stroke yang kena hal seperti ini. Saraf motorik dan sensoriknya diserang, makanya muka mereka mencong dan tak dapat berbicara dengan lancar. Tapi Mas berbeda. Cuma saraf sensoriknya yang diserang. Terbukti Mas merasa tebal di wajah sebelah kiri. Saraf motoriknya tidak apa-apa. Mas bisa menggerakkan bagian wajah sebelah kiri. Sayangnya kami cuma bisa memberikan terapi, tapi tidak bisa menjamin kesembuhan Mas ...."

Sandi pun cuma bisa pasrah. Dari segi medis tidak bisa. Titik. Yah, mau ngomong apalagi? Hanya Tuhan yang bisa menyembuhkan!

Sandi pun, dengan kekurangan yang ada, mengarungi hidupnya kembali. Banyak orang tidak melihat apa yang menjadi 'cacat' dari Sandi. Jadi percuma Sandi bicara tentang rasa pusingnya pada orang lain.

Mereka tidak bisa merasakan apa yang dia rasakan. Pusing, kepala serasa berputar, dan lain sebagainya. Tapi ada hal lain yang aneh. Hal yang menjadi pemikiran Sandi siang dan malam setelah seminggu berlalu.

Ada dua pemandangan di dua mata, bukan satu pemandangan saja. Mata kanan melihat hal yang normal; manusia, lingkungan sekitar, dan seabrek-abrek lainnya. Tapi mata kiri melihat fenomena yang lain; manusia berbaju putih. Mungkin tidak bisa dikatakan manusia, karena ini tidak berkaki, dan wajahnya pun putih pucat seperti mayat!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun