Setiap orang tentu memiliki kenangan tersendiri tentang gaji pertama. Apalagi jika mendapat pekerjaannya itu tidak mudah, bukan jalur kolusi dan nepotisme, gaji pertama merupakan kristal dari keringat juang yang pertama kali dilihat. Bukan sekadar angka dalam rekening, gaji pertama seringkali menjadi simbol awal perjuangan, rasa syukur, dan momen bersejarah yang tak terlupakan. Berapa pun nominalnya, gaji pertama akan menjadi rupiah paling berkesan.
Gaji pertama adalah saksi dari langkah awal di dunia kerja. Tidak memandang apa pun profesinya, sekecil apa pun jumlahnya. Bagi seorang pekerja yang pernah menekuni beberapa jenis pekerjaan, pengalaman menerima "gaji pertama" menjadi beragam cerita yang dapat diterjemahkan dalam beberapa arti.
2011: Guru Honorer dan Ponsel Impian
Pekerjaan pertama saya adalah menjadi guru honorer pada tahun 2011 di salah satu SMA negeri di Kota Ambon. Waktu itu saya masih berumur 23 tahun. Gaji pertama yang saya terima sebesar Rp940.000. Mungkin bagi sebagian orang jumlah ini tampak kecil, tetapi bagi saya, nominal itu terasa begitu besar. Terutama karena di baliknya ada perjuangan, dedikasi, dan semangat mengajar di tengah perjuanganku menyelesaikan kuliah. Bahkan saat itu saya belum menyandang gelar sarjana. Sekolah yang selamanya akan dikenang, sekolah yang memberi saya kesempatan untuk memiliki pengalaman kerja pertama kalinya.
 Gaji pertama itu saya gunakan untuk meng-upgrade ponsel. Saat itu, kebutuhan akan ponsel yang bisa mengakses internet sangat penting, baik untuk komunikasi maupun mencari bahan ajar. Keputusan membeli ponsel bukan sekadar gaya, melainkan bentuk investasi kecil untuk menunjang pekerjaan sebagai pendidik. Sebelumnya, saya terus-menerus menggunakan laptop berbantu modem untuk mengakses internet.
2016: Usaha Kosmetik dan Dapur Pertama
Beberapa tahun kemudian, saya mencoba peruntungan dengan membuka usaha jualan kosmetik. Pelanggan saya masih teman-teman di tempat kerja juga. Berbeda dengan pekerjaan sebelumnya, hasil dari usaha ini bukan berupa gaji bulanan, melainkan keuntungan penjualan.
Keuntungan pertama yang saya dapatkan tidak digunakan untuk keperluan pribadi. Sebaliknya, saya alokasikan untuk menambah biaya membangun dapur di rumah yang saat itu baru pertama kali saya bangun. Rasanya luar biasa bisa menyisihkan hasil jerih payah untuk sesuatu yang akan digunakan bersama keluarga.
Usaha ini berjalan hingga 3 tahun lamanya. Hingga akhirnya saya harus pindah dari Kota Ambon dan usaha kosmetik di tempat yang baru tidak menjanjikan.
2019 CPNS Guru: Gaji Pertama untuk Rasa Syukur
Saat akhirnya saya lulus seleksi dan menjadi CPNS sebagai guru, saya kembali dihadapkan pada momen menerima gaji pertama. Waktu itu masih SK 80. Kali ini, saya memilih untuk tidak menyentuhnya sama sekali. Artinya, gaji pertama tidak digunakan untuk kebutuhan pribadi.
Gaji pertama itu saya dedikasikan sepenuhnya kepada keluarga, rumah ibadah dan orang-orang yang lebih membutuhkan. Ini adalah bentuk rasa syukur atas pencapaian yang tidak mudah saya raih. Memberi kepada sesama adalah cara saya berterima kasih atas rezeki halal yang dititipkan Tuhan.
Menulis di Kompasiana: Cincin Kenangan
Selain mengajar, saya juga menekuni dunia menulis, melalui platform Kompasiana adalah salah satunya. Honor dari menulis di Kompasiana memang tidak selalu datang secara langsung, tapi saya memilih untuk mengumpulkan dan mengakumulasinya hingga cukup untuk membeli sebuah cincin emas.