Mohon tunggu...
Halim Pratama
Halim Pratama Mohon Tunggu... Wiraswasta - manusia biasa yang saling mengingatkan

sebagai makhluk sosial, mari kita saling mengingatkan dan menjaga toleransi antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Media Sosial, Kebencian dan Ramadan

1 April 2023   10:15 Diperbarui: 1 April 2023   10:17 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Damai - jalandamai.org

Perkembangan media sosial di Indonesia memang begitu pesat. Penggunanya di Indonesia terus mengalami peningkatan. Hal ini juga tidak bisa dilepaskan dari pertumbuhan smartphone di Indonesia. Satu dengan yang lainnya saling melengkapi, hingga berdampak pada peningkatan jumlah pengguna media sosial. Namun, dalam perjalanannya media sosial tidak sepenuhnya digunakan untuk kebutuhan yang positif. Media sosial justru disalahgunakan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab untuk menyebarkan provokasi kebencian.

Media sosial semestinya bisa digunakan untuk kebutuhan yang jauh lebih bermanfaat. Karena sejatinya media sosial diciptakan untuk merangkul segala kepentingan. Media sosial diciptakan untuk bisa saling berinteraksi antar sesama, saling memberikan inspirasi dan pembelajaran. Tak heran diawal kemunculannya, media sosial lebih digunakan sebagai ajang untuk mencari teman dari mana saja. Dan dalam perkembangannya, bisa digunakan untuk kebutuhan apa saja. Karena bisa dilakukan secara mudah, singkat dan efisien, tapi berlangsung berdampak secara cepat.

Hanya dengan menggunakan smartphone, kita bisa mendapatkan informasi apa saja di media sosial. Tidak sedikit dari masyarakat yang mengunggah ide-ide kreatif, pemikiran dan argumentasi apapun di media sosial. Tujuannya bermacam-macam. Mungkin ada yang hanya sebatas sharing, tapi mungkin ada juga yang ingin mendapatkan eksistensi. Namun, ada juga yang mempunyai niat negatif, yang menyebarkan bibit kebencian melalui media sosial. Hal yang seperti inilah yang harus dijaga oleh kita semua. Jangan provokasi masyarakat dengan kebencian.

Ingat, provokasi kebencian tidak memberikan manfaat baik buat kita semua. Provokasi kebencian di media sosial justru membuat potensi konflik semakin terbuka. Apalagi sebentar lagi Indonesia akan memasuki tahun politik. Jika belajar dari sebelumnya, ketika tahun politik intensitas provokasi kebencian di media sosial begitu masif terjadi. Beberapa tahun yang lalu, mungkin kita masih inget pilkada DKI Jakarta telah membuat masyarakat terbelah karena tersulut provokasi SARA. Dan hal tersebut terus berlanjut ketika Pilpres.

Di bulan suci Ramadan ini, mari kita semua introspeksi. Apakah kita masih ingin mengotori negeri ini dengan provokasi kebencian? Apakah kita rela antar sesama teman, saudara, tetangga saling berseteru hanya karena perbedaan pilihan politik. Sementara ada pihak-pihak yang memanfaatkan hal tersebut untuk mendapatkan kursi kekuasaan. Dan ada juga pihak lain yang memanfaatkan hal tersebut, untuk kembali menaikkan konsep khilafah.

Suka tidak suka, kelompok radikal masih sering memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan, dalam kondisi apapun. Termasuk dalam perhelatan politik. Provokasi kebencian yang mereka munculkan akan memicu terjadinya kegaduhan. Dan ketika kegaduhan itu terjadi, biasanya mereka akan mencari pihak-pihak yang akan dikambing hitamkan. Biasanya adalah pemerintah. Pemerintah dianggap tidak berpihak pada rakyat. Pemerintah dianggap tidak becus. Dan segala macamnya. Ketika pemerintah menjadi pihak yang salah, dasar negara seringkali juga ikut disalahkan. Ketika Pancasila salah, dan lagi lagi mereka kembali memunculkan konsep usang khilafah tersebut.

Sekali lagi, mari kita jadikan Ramadan ini sebagai sarana introspeksi. Kebencian terbukti menjauhkan dari keberkahan. Mari saling mengendalikan diri, seperti ketika kita berpuasa di bulan suci. Mari saling menghargai seperti halnya kita berlomba memperbanyak kebaikan di bulan Ramadan. Sesungguhnya perang dalam konteks sekarang ini adalah perang melawan hawa nafsu kita sendiri. Jangan biarkan diri kita dikendalikan nafsu kebencian yang ada dalam diri kita masing-masing. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun