Mohon tunggu...
Halim Pratama
Halim Pratama Mohon Tunggu... Wiraswasta - manusia biasa yang saling mengingatkan

sebagai makhluk sosial, mari kita saling mengingatkan dan menjaga toleransi antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Anak, Remaja dan Literasi Digital

22 Januari 2023   10:38 Diperbarui: 22 Januari 2023   10:53 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Literasi Digital - digitalbisa.id

Tumbuh kembangnya anak perlu dijaga. Begitu juga dengan tumbuh kembangnya remaja. Karena mereka semua pada dasarnya adalah generasi penerus bangsa. Karena itulah, mereka semua perlu mendapatkan asupan yang benar. 

Tidak hanya dari sisi gizi, tapi juga informasi. Hal ini penting agar generasi penerus ini tumbuh menjadi generasi yang cerdas, inovatif tapi tetap toleran dan mempunyai paham kebangsaan.

Seiring dengan perkembangan zaman, informasi yang berkembang di dunia maya mulai beragam. Tidak hanya yang mengandung konten positif, yang mengandung konten negatif pun juga mulai bermunculan. Kecanggihan teknologi telah disalahgunakan oleh pihak tertentu, untuk merusak dan mengganggu negeri ini.

Kelompok radikal dan intoleran, terus melakukan propaganda radikalisme di media sosial. Jaringan teroris terus menyebarkan provokasi dan tutorial perakitan bom. 

Sementara pihak lain terus menyebarkan informasi tentang ayat-ayat suci yang telah direduksi, sehingga menimbulkan provokasi di masyarakat. Akibat semua informasi yang menyesatkan tersebut, tidak sedikit dari anak dan remaja menjadi korban. Jika melihat para pelaku tindak pidana terorisme di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, masih didominasi dari anak muda.

Bahkan pelaku peledakan bom gereja di Surabaya beberapa tahun lalu, sudah mulai mengajak anak-anaknya dalam melakukan tindak pidana terorisme. Hal ini tentu mengerikan dan perlu menjadi kewaspadaan kita bersama. Jangan sampai hal tersebut ditiru oleh keluarga atau masyarakat yang memang tingkat literasinya rendah. Karena tidak jarang masyarakat menelan mentah-mentah begitu saja terhadap informasi yang berkembang.

Contoh lain adalah kasus dua remaja di Makasar yang membunuh temannya sendiri, untuk diambil organ tubuhnya. Alasannya untuk dijual, karena melihat informasi jual beli organ tubuh di media sosial. Singkat cerita, setelah temannya dibunuh mereka kebingungan menjual organ tubuh temannya sendiri. Sungguh sangat menyedihkan.

Lalu, apa yang harus kita lakukan? Apakah ini salah media sosial? Mari kita berpikir secara obyektif melihat persoalan ini. Media sosial merupakan alat. Digunakan untuk apa alat tersebu tergantung dari penggunanya. 

Bisa digunakan untuk tujuan negatif atau positif. Begitu juga dengan pisau. Hanyalah sebuah alat yang bisa digunakan untuk tujuan baik ataupun negatif, tergantung dari penggunanya. Artinya, yang harus dibenahi pertama adalah mindset kita. Bisa jadi cara berpikir kita yang salah.

Pada titik inilah sekali lagi pentingnya memperkuat literasi. Perkembangan teknologi informasi tidak bisa dilawan. Karena trend nya memang mengarah kesitu. Yang bisa kita lakukan adalah membekali diri dengan fondasi yang kuat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun