Mohon tunggu...
Halim Pratama
Halim Pratama Mohon Tunggu... Wiraswasta - manusia biasa yang saling mengingatkan

sebagai makhluk sosial, mari kita saling mengingatkan dan menjaga toleransi antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menuju Hijrah yang Membawa Keberkahan dan Kerahmatan

11 September 2022   09:07 Diperbarui: 11 September 2022   09:19 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Damai - jalandamai.org

Indonesia berdiri dengan didasarkan pada Pancasila. Sementara dasar dari Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Tanpa campur tangan Tuhan, mustahil Indonesia akan merdeka dan tumbuh menjadi negara berkembang seperti sekarang ini. Artinya, agama masih menjadi dasar dari kehidupan bernegara ini. Tak heran jika seorang Abu Bakar Baasyir pun, akkhirnya mengakui Pancasila yang didasarkan pada tauhid.

Persoalannya adalah, bibit radikalisme belum sepenuhnya hilang di Indonesia. Setiap hari ada saja provokasi demi provokasi bermunculan. Termasuk salah satunya adalah ajakan hijrah untuk meninggalkankan hal yang tidak sesuai agama, menuju ke perilaku yang sesuai agama. 

Mindset nya adalah menuju ke jalan Allah. Konsep seperti ini bagus, tidak ada yang salah. Bahkan kalau bisa memang seperti itu. Namun, dalam implementasinya seringkali tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Banyak orang yang mengaku paham agama, tapi ucapan dan perilakunya justru jauh dari nilai-nilai agama itu sendiri. Banyak orang yang mengaku sudah hijrah dengan berpakaian seperti layaknya orang di timur tengah, tapi ucapan dan perilakunya seringkali tidak relevan dengan ajaran agama. 

Praktek semacam ini biasanya sering muncul jelang tahun politik. Jika berkaca dari tahun-tahun sebelumnya, banyak sekali provokasi agama yang disusupkan untuk kepentingan politik. Jika ini terjadi, apakah hijrah seperti ini yang dimaksudkan?

Mari kita introspeksi. Jangan lagi rusak negeri yang indah ini dengan hijrah yang salah. Indonesia punya banyak nilai-nilai kearifan lokal, yang semestinya bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kearifan lokal tersebut juga sejalan dengan ajaran agama. 

Sebut saja seperti toleransi, tenggang rasa, tepo seliro hingga gotong royong, juga dianjurkan di semua agama yang ada di negeri ini. Jika masih ada orang yang mengaku paham agama tertentu, tapi ucapan dan perilakunya tidak sejalan, lebih baik diingatkan. Jika tidak mau mendengarkan, biarkan saja tidak usah dipedulikan. Tugas kita mengingatkan.

Hijrah ke perilaku yang sejalan dengan agama dan adat istiadat perlu dilakukan. Ingat, kita lahir dan besar di Indonesia, bukan di Amerika, bukan di Arab atau negara lain. Sudah semestinya segala perbuatan kita sejalan dengan budaya yang ada di Indonesia. 

Perihal cara berpakaian, silahkan saja mengadopsi budaya Arab yang tertutup atau negara lain. Sepanjang tidak melanggar dan masih sesuai dengan adat dan budaya di Indonesia saja. Dan satu yang harus diingat adalah tetap harus saling menghargai dan menghormati.

Keberagaman di negeri ini harus tetap dijaga. Tidak boleh dirusak dengan sentimen kebencian atau SARA, yang kerap kali dimunculkan oleh kelompok intoleran. Tak dipungkiri, perkembangan teknologi telah disalahgunakan oleh oknum tertentu, untuk menyebarluaskan ujaran kebencian dan propaganda radikalisme. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun