Mohon tunggu...
Halim Pratama
Halim Pratama Mohon Tunggu... Wiraswasta - manusia biasa yang saling mengingatkan

sebagai makhluk sosial, mari kita saling mengingatkan dan menjaga toleransi antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hilangkan Egosisme, Pupuk Bibit Keikhlasan dan Kepedulian

17 Juli 2022   03:24 Diperbarui: 17 Juli 2022   04:42 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kurban - diy.kemenag.go.id

Egois, adalah salah satu sifat dasar manusia. Tidak ada satupun manusia di bumi ini yang tidak memilikis sifat egois. Hanya saja ada manusia yang bisa mengendalikan keegoisannya, ada juga yang tidak. Ada yang bisa meredam, ada yang justru membiarkan. Persoalannya adalah ketika egoisme itu dicampur dengan sentiment keagamaan yang dibalut dengan kebencian. Itu yang mengkhawatirkan. Dan hal itulah yang sering terjadi sekarang ini.

Banyak orang merasa paling benar, merasa paling mengerti agama, merasa paling suci, dan perasaan paling lainnya. Hal ini tentu tidak bisa dilepaskan dari egoisme dalam dirinya. Padahal, jika setiap orang bisa memerangi egoism dalam dirinya tersebut, sama halnya melakukan jihad. Karena sesungguhnya jihad di era sekarang ini adalah melawan diri sendiri.

Seseorang yang tidak bisa mengendalikan ego dalam dirinya, berpotensi mudah terpapar paham radikalisme dan intoleransi. Segala perilaku, ucapan dan pola pikirnya seringkali dibalut dengan hal-hal yang berhubungan dengan kebencian. Hal semacam ini menjadi tugas kita bersama, untuk senantiasa terus mengingatkan. Jangan sampai diantara kita saling membenci, karena dipicu oleh informasi yang belum tentu kebenarannya.

Di era makanya hoaks seperti sekarang ini, kita harus terus melakukan cek dan ricek, serta memperkuat literasi. Hal ini penting agar kita tidak mudah terprovokasi, dengan informasi menyesatkan yang mengatasnamakan agama. Ya, agama seringkali digunakan oleh oknum tertentu untuk mendapatkan simpati dan dukungan masyarakat. Tak jarang mereka mendistorsi arti dari agama, yang berujung pada pemahaman agama yang salah.

Mari kita introspeksi. Pelan-pelan mulai kendalikan egoisme dalam diri dengan terus memupuk bibit kekhlasan dan kepedulian antar sesama. Hari raya kurban kemarin, mengajarkan kepada kita untuk saling peduli dan belajar ikhlas. Menyembelih hewan kurban merupakan bentuk kepedulian sosial dan keikhlasan. TInggal bagaimana mengimplementasikan kedua sifat ini dalam kehidupan sehari-hari.

Belajar ikhlas juga belajar untuk saling menerima dan menghargai. Untuk bisa ikhlas tentu harus dihilangkan dulu sikap egois yang ada dalam diri. Jika kita bisa melakukan hal tersebut, maka kita akan bisa hidup berdampingan dalam keberagaman. Tidak akan mampersoalkan kenapa saling berbeda agama, kenapa saling berbeda suku, bahasa atau budaya. Karena yang terjadi saat ini, seringkali masyarakat diprovokasi terkait perbedaan ini. Padahal, Tuhan menciptakan bumi dan segala isinya termasuk manusia, adalah saling berbeda. Untuk itulah, antar manusia harus interaksi satu sama lain, agar bisa memahami perbedaan tersebut.

Sekali lagi, hilangkan egoisme dalam diri dan gantikan dengan bibit ikhlas, agar kita bisa saling peduli tanpa harus mempersoalkan perbedaan. Mari kita belajar ikhlas agar bisa saling memahami antar sesama. Jika dalam hari raya kurban, kita bisa ikhlas menyisihkan harta kita untuk dibelikan hewan kurban agar bisa saling peduli, dalam kehidupan sehari-hari semestinya juga bisa dilakukan. Salam introspeksi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun