Mohon tunggu...
Halim Pratama
Halim Pratama Mohon Tunggu... Wiraswasta - manusia biasa yang saling mengingatkan

sebagai makhluk sosial, mari kita saling mengingatkan dan menjaga toleransi antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Ramadan Momentum untuk Membangun Harmoni

3 April 2022   03:32 Diperbarui: 3 April 2022   07:37 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Keberagaman di Indonesia sudah bukan menjadi rahasia lagi. Seluruh dunia mengakui, keberagaman di Indonesia sangat berbeda dengan negara-negara lainnya. 

Bayangkan, hampir tiap daerah mempunyai bahasa dan budaya lokal yang melekat. Bahkan masyarakatnya juga mempunyai keyakinan yang berbeda. Sejak dulu keberagaman ini sudah ada, bahkan jauh sebelum Indonesia terbentuk sebagai negara. 

Keberagaman ini tentu bukanlah keinginan para pendahulu. Keberagaman ini merupakan anugerah yang diberikan Tuhan kepada kita semua.

Sayangnya, tidak semua pihak senang dengan keberagaman yang menjadi keniscayaan ini. Kelompok yang sudah terpapar bibit radikalisme, seringkali mempersoalkan keberagaman ini, karena dianggap bertentangan dengan mayoritas masyarakat Indonesia yang memeluk agama Islam. 

Padahal, jauh sebelum Islam masuk ke Jawa dan menyebar ke seluruh penjuru daerah, keberagaman di Indonesia sudah ada. Contoh ketika Islam masuk ke Jawa melalui Wali Songo, mayoritas masyarakat ketika itu sudah memeluk agama Hindu, Budha, bahkan masih banyak yang memeluk aliran kepercayaan. Namun Wali Songo tidak pernah mempersoalkan. Justru yang terjadi sebaliknya, melakukan akulturasi.

Lalu, kenapa keberagaman masih dipersoalkan di era sekarang ini? Ini tentu tidak bisa dilepaskan dari masifnya propaganda radikalisme di media sosial. Mereka terus melakukan provokasi, hoaks agar masyarakat menjadi tidak punya pendirian. Misalnya saja, ketika memasuki tahun politik, pasangan calon seringkali diserang dengan kejelelakannya.

Bahkan ada juga yang diserang dengan sentiment agama. Provokasi semacam ini berpotensi memicu terjadinya konflik di tengah masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari, provokasi dan ujaran kebencian juga masih terjadi hingga saat ini.

Di bulan suci Ramadan ini, mari kita sudah segala bentuk provokasi dan kebencian. Saatnya membangun harmoni. Karena Indonesia adalah beragam, berdampingan dalam keberagaman menjadi hal yang tidak bisa dihindari. Ada istiadat di setiap daerah, pada dasarnya juga mengajarkan untuk hidup saling berdampingan. Bahkan dalam Islam sendiri, Allah menganjurkan kepada seluruh umat muslim untuk saling mengenal satu dengan lainnya.

Ramadan mengajarkan untuk mengendalikan hawa nafsu. Jika diantara kita masih tidak bisa mengontrol nafsu untuk menebar kebencian, alangkah lebih baik jika dihentikan. Mari kita hargai bulan suci ini. 

Saatnya merubah perilaku buruk menjadi perilaku yang baik. Ingat, Ramadan merupakan bulan yang penuh dengan keberkahan. Bulan penuh ampunan dan bergelimang pahala. Semestinya kita pun juga memanfaatkan bulan ini untuk saling berlomba berbuat baik.

Banyak tradisi yang terjadi di bulan Ramadan, yang mencerminkan sikap saling menghargai, saling tolong menolong antar sesama tanpa mempersoalkan atau melihat perbedaan latar belakang. Ketika aktifitas berbagi takjil, seringkali tidak pernah mempersoalkan latar belakangnya. Ketika kita bersedekah, juga tidak pernah melihat latar belakangnya. Jika dalam beribadah kita bisa melakukan hal tersebut, kenapa dalam bertutur dan berperilaku seringkali masih susah? Mari kita introspeksi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun