Mohon tunggu...
Halim Pratama
Halim Pratama Mohon Tunggu... Wiraswasta - manusia biasa yang saling mengingatkan

sebagai makhluk sosial, mari kita saling mengingatkan dan menjaga toleransi antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Waspada, Radikalisme Dunia Maya Selama Masa Pandemi

18 Juli 2021   06:15 Diperbarui: 18 Juli 2021   06:18 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembatasan di dunia nyata, membuat aktifitas di dunia maya menjadi meningkat sangat signifikan. Jauh sebelum pandemic, aktifitas di dunia maya memang telah memberikan perhatian tersendiri bagi masyarakat Indonesia. Pengguna internet terus mengalami peningkatan. Apalagi dalam masa pandemi seperti sekarang, temtu semakin meningkat. Peningkatan aktifitas di dunia maya ini merupakan salah satu adaptasi yang terjadi di masa new normal ini. Segala aktifitas bergeser yang selama ini terjadi di dunia nyata, pelan-pelan mulai bergeser ke dunia maya.

Pandemi covid-19 memaksa manusia untuk tidak melakukan aktifitas berkumpul. Pola interaksi pun akhirnya berubah mencadi video call, zoom dan segala macamnya. Tidak hanya itu, pola mendapatkan informasi pun juga berubah. Informasi yang berkembang di dunia maya berkembang begitu pesat dan cepat. Kita juga bisa mendapatkan informasi tentang apa saja dengan mudah di dunia maya. Tidak hanya itu, berbagai aktifitas pun juga mulai beradaptasi. Pengajian, seminar, belajar mengajar, bahkan bekerja juga banyak dilakukan secara daring. Tak perlu bertatap muka, segala aktifitas dan kebutuhan bisa dilakukan.

Pola baru inilah yang kemudian banyak dimanfaatkan oleh kelompok radikal. Pola ini sebenarnya sudah mereka lakukan jauh sebelum pandemi. Namun ketika pandemi ini, aktivitas propaganda radikalisme di dunia maya dilakukan semakin massif. Tanpa disadari bibit radikalisme itu terus bermunculan. Apa itu bibit radikalisme? Salah satunya adalah bibit kebencian dan intoleransi. Keduanya dibalut dengan hak untuk menyatakan pendapat, kebebasan berekspresi, demokrasi dan segala macamnya.

Kelompok radikal ini sangat adaptif terhadap perkembangan teknologi. Dengan berbagai cara, mereka berusaha untuk memanfaatkan kecanggihan teknologi ini untuk kepentingan propaganda. Ketua Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Boy Rafli Amar pernah mengatakan, selama pandemi aktifitas terorisme di dunia maya semakin massif. 

Internet dan kemajuan teknologi ini memudahkan jaringan terorisme untuk menyebarkan paham radikalisme. Internet juga disalahgunakan oleh mereka untuk rekrutmen, sampai akhirnya orang tersebut diprovokasi untuk melakukan aksi pengeboman. Bahkan, media massa banyak memberitakan transaksi keuangan mencurigakan juga mengalami kenaikan selama pandemi ini. Dan transaksi mencurigakan ini diduga terkait dengan aktifitas terorisme.

Jika melihat fakta diatas, menjadi tugas kita bersama untuk meredam penyebaran radikalisme dunia maya ini. Indonesia adalah negara dengan keberagaman budaya yang sangat tinggi. Nilai-nilai kearifan lokal harus terus disebarkan dan dikenalkan ke generasi muda. 

Hal ini penting agar generasi muda ini mengenal budayanya, dan tidak mudah menyebar pemahaman yang salah dari luar. Mari kita terus menyebarkan informasi yang menyejukkan, informasi yang bisa memberikan inspirasi positif, dan informasi yang bisa merangkul semua kepentingan.

Kelas online yang bertemakan moderasi Islam harus sering banyak digelar oleh berbagai pihak, mulai dari pemerintah ataupun ormas keagamaan seperti NU dan Muhammadiyah.

Dengan pemahaman yang benar, masyarakat diharapkan bisa semakin terbuka dan tidak eksklusif, merasa paling benar dan memandang perbedaan sebagai pihak yang salah. Kita semua sebenarnya sudah punya vaksin untuk menangkal radikalisme, yaitu Pancasila. Mari kita implementasikan nilai-nilai dalam Pancasila tesebut ke dalam setiap ucapan dan perilaku. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun