Mohon tunggu...
Halim Pratama
Halim Pratama Mohon Tunggu... Wiraswasta - manusia biasa yang saling mengingatkan

sebagai makhluk sosial, mari kita saling mengingatkan dan menjaga toleransi antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pentingnya Belajar Agama Secara Kontekstual

21 Maret 2021   02:32 Diperbarui: 21 Maret 2021   05:27 838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Toleransi - jalandamai.org

Albert Einstein pernah mengatakan "ilmu tanpa agama buta, agama tanpa ilmu lumpuh." Perrnyataan ini tentu tidak bisa dianggap remeh. Karena pendidikan agama sangat penting sekali. Dalam mempelajari agama perlu ilmu, begitu juga perlu ilmu dalam memahami agama. Hal ini penting agar kita tidak memahami agama secara tekstual, tapi juga secara kontekstual. Terlebih saat ini semakin marak hoaks dan provokasi yang seringkali membawa sentimen keagaaman, yang bisa memicu terjadinya perilaku intoleran.

Belajar agama tidak hanya belajar memahami ayat suci secara tekstual, tapi juga harus secara kontekstual. Dengan demikian kita bisa memahaminya secara utuh. Jika kita hanya melihatnya secara tekstual, kita akan berpotensi salah dalam memahami agama. Misalnya ada ayat yang menuliskan tentang jihad dengan cara berperang. Di era itu, jihad memang dilakukan untuk memerangi kemunkaran, yang dilakukan dalam bentuk perang. Namun, kita juga harus tahu bahwa ada ayat yang menyatakan bahwa jihad tersebut pada dasarnya dalah berperang melawan hawa nafsu.

Di era yang modern seperti sekarang ini, tentu tidak dibenarkan jihad dengan cara berperang. Di era sekarang, bekerja juga merupakan bentuk jihad untuk mendapatkan restu dari Allah SWT. Namun karena masih ada kelompok yang memahami secara tekstual, lahirlah kelompok radikal yang seringkali melihat segalanya dalam sudut pandang surga neraka, salah dan benar. Padahal, tidak selamanya seseorang itu salah dan tidak selamanya benar. Semuanya perlu berproses. Bukan berarti berbeda langsung dicap sesat atau kafir.

Tidak dipungkiri, agama menjadi hal yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia. Perjuangan Indonesia menuju merdeka juga tidak bisa dilepaskan dari perjuangan para santri. Sila pertama Pancasila tidak bisa dilepaskan dari pengaruh agama. Ini artinya, negeri ini dibangun berdasarkan nilai-nilai keagamaan. Agama apapun itu, semuanya baik. Tidak ada agama yang mengajarkan keburukan. Hanya saja, dengan munculnya kelompok radikal yang suka mereduksi nilai-nilai keagamaan, seringkali membuat masyarakat tidak melihat agama berdasarkan konteksnya.

Keberadaan kelompok radikal yang seringkali membawa agama tertentu, bukan berarti agama tersebut yang salah. Bukan. Semua agama justru memerangi radikalisme. Masyarakat juga harus cerdas. Jangan mudah terprovokasi. Mari kita berpikir kritis, obyektif dan logis. Ingat, perjalanan negara ini tidak bisa dilepaskan dari akulutrasi agama dan budaya.  Dinamika bangsa ini juga tidak bisa dilepaskan dari keagamaan. Karena itulah, pendidikan agama menjadi hal yang penting.

Untuk bisa memahami agama secara kontekstual, tentu harus membekali diri dengan literasi yang benar. Seperti kata Albert Einstein tadi. Bahwa ilmu tanpa agama buta, dan agama tanpa ilmu lumpuh. Dalam konteks literasi, kontetualitas pendidikan agama itu harus bisa menyentuh seluruh aspek kehidupan, dan tidak hanya melulu soal neraka atau surga, sesat atau tidak, kafir atau tidak kafir. Karena agama itu digunakan untuk semua lini kehidupan, maka dalam mempelajari agama juga harus berdasarkan konteks yang benar. Semoga kita bisa saling belajar, tanpa harus saling menyalahkan. Kita semua masih terus berproses menuju jalan yang di ridhoi Allah SWT.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun