Mohon tunggu...
Halim Pratama
Halim Pratama Mohon Tunggu... Wiraswasta - manusia biasa yang saling mengingatkan

sebagai makhluk sosial, mari kita saling mengingatkan dan menjaga toleransi antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memahami Pendekatan Pesantren Memperkuat Karakter Keindonesiaan

5 Oktober 2019   18:14 Diperbarui: 5 Oktober 2019   18:29 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pesantren - islami.co

Pesantren merupakan bagian dari Indonesia. Lembaga pendidikan keagamaan ini, ada yang mengajarkan secara tradisional tapi ada juga yang modern mengikuti perkembangan zaman.

Apapun caranya, tradisional ataupun modern, pesantren terbukti telah memberikan semangat dan kontribusi yang positif bagi kita, lingkungan sekitar dan bangsa ini. Pesantren tidak hanya menjadi sekolah bagi para santri, tapi juga menjadi tempat mengenalkan ajaran agama dan nilai-nilai kearifan lokal, yang menjadi karakter bangsa ini.

Di era milenial seperti sekarang ini, mungkin bagi sebagian orang pesantren dianggap sebagai bagian yang usang. Jangan selah, karena pesantren sebenarnya punyai cara tersendiri, untuk tetap bisa eksis menyesuaikan perkembangan zaman.

Agama yang diajarkan dalam pesantren, bukanlah sekedar yang berkuat di wilayah ritual ataupun doktrin, tapi juga bisa mengikutsertakan perihal kemanusiaan dan kebudayaan. Memahami agama tidak dilihat dari kaca mata sejarah, tapi juga dilihat secara konteksnya.

Para santi di pesantren, mempunyai cara pandang tersendiri dalam melihat agama. Nalar kritis yang selalu diasah, menjadikan para santri menjadi generasi yang bisa melihat segala sesuatu secara utuh.

Di pesantren ada tradisi balsul masail, muzakarah dan munazharah. Tradisi itulah yang membuat santri bisa memahami agama tidak hanya dari kulitnya saja, tapi juga sampai ke lapisan dalamnya.

Jika kita lihat yang terjadi saat ini, banyak orang yang merasa paham agama, lalu mengeluarkan pernyataan yang bisa memicu terjadinya konflik. Seseorang yang berbeda pandangan atau keyakinan dianggap bagian dari kafir.

Ketika seseorang sudah mendapat label kafir, maka perlakuan diskriminatif seolah-olah bisa menjadi lumrah. Dan persekusi karena perbedaan keyakinan ini, kadang masih terjadi di tengah masyarakat kita.

Meski dunia telah maju, perkembangan teknologi informasi begitu pesat, memahami pendekatan pesantren masih menjadi relevan disaat ini. Karena banyak generasi muda yang hilang sikap kritisnya, karena mudah percaya dengan informasi yang berkembang.

Banyak generasi muda yang terprovokasi kebencian dan hoaks, karena tidak melakukan tabayun, cek dan ricek tentang kebenaran informasi tersebut. Meski santri masih mengenakan sarung, tapi pemikirannya sudah jauh kedepan. Dan banyak tokoh-tokoh nasional negeri ini merupakan lulusan dari pesantren.

Indonesia butuh generasi yang toleran, yang mengerti tentang keberagaman di dalamnya. Dengan memahami keragaman yang tersebar dari Aceh hingga Papua, akan membuat kita lebih peduli dengan negeri ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun