Mohon tunggu...
Halim Pratama
Halim Pratama Mohon Tunggu... Wiraswasta - manusia biasa yang saling mengingatkan

sebagai makhluk sosial, mari kita saling mengingatkan dan menjaga toleransi antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kita Indonesia, Stop Narasi Provokatif Usai Pilpres

19 April 2019   19:01 Diperbarui: 19 April 2019   19:18 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kita Indonesia - jalandamai.org

Ada yang menarik usai proses pemilihan presiden dan wakil presiden kemarin. Paslon 01 yang unggul dari versi quick count mengaku akan menunggu hasil akhir dari Komisi Pemilihan Umum (KPU). Paslon 01 juga mengajak kepada semua pihak untuk kembali bersatu, setelah sebelumnya mungkin terbelah karena kepentingan politik. Sementara itu, paslon 02 mengklaim dirinya sudah menang menjadi presiden versi penghitungan internal mereka. Keduanya saling klaim, persis dengan yang terjadi pada 2014 yang lalu. Sampai saat ini, dunia maya terus dipadati dengan dukung mendukung pasangan calon. Hoaks dan ujaran kebencian juga masih terus bertebaran. Lalu, jika ujungnya adalah harus saling berbeda dan berujung pada potensinya perpecahan, siapa yang harus merasakan akibatnya? Kita semua.

Stop segala bentuk narasa provokatif, yang bisa memicu amarah. Stop provokasi yang bisa memecah belah persatuan dan kesatuan. Kita adalah makhluk ciptaan Tuhan yang diberi akal dan perasaan. Gunakanlah fasilitas itu untuk saling menghargai dan menghormati perbedaan. Ingat, berbeda tidak salah. Berbeda tidak melanggar aturan hukum dan agama. Karena perbedaan merupakan sebuah keniscayaan yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat Indonesia. Antar suku yang ada di Indonesia mempunyai adat istiadat yang berbeda. Namun perbedaan itu tidak membuat mereka saling membenci ataupun persekusi. Keragaman itu justru membuat kita semakin kaya dalam negara kesatuan republik Indonesia.

Usai penghitungan cepat pilpres usai, ajakan untuk melakukan keonaran mengalami peningkatan. Berdasarkan patrol tim siber Bareskrim Polri di media sosial, banyak ditemukan akun-akun yang menyebarkan narasi provokasi. Bahkan persentasenya mengalami peningkatan hingga 40 persen. Pihak polri sendiri telah menghimbau kepada semua pihak, dari masyarakat hingga elit politik, untuk tidak membuat pernyataan atau narasasi yang bersifat provokatif, terkait hasil penghitungan pilpres kemarin. Polri juga mengingatkan kepada masyarakat untuk tidak mudah terpancing, terkait maraknya konten provokatif yang terus bermunculan di dunia maya. Entah apa maksud dengan maraknyanya konten provokatif ini. Padahal, UU kita telah mengatur tentang ancaman pidana, jika seseorang terbukti secara sengaja menyebarkan konten provokatif di dunia maya.

Mari kita sebarkan konten perdamain, agar masyarakat bisa saling hidup berdampingan. Mari kita sebarkan konten yang menyejukkan, agar amarah itu bisa berubah menjadi keramahan. Kita adalah negara besar, yang tidak mempunyai karakter saling membenci satu sama lainnya. Kita adalah masyarakat yang toleran dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Karena itulah, jangan kotori demokratisasi yang telah dibangun selama bertahun-tahun ini dengan narasi provokasi yang bisa memicu terjadinya konflik di tengah masyarakat. Siapapun yang akan ditetapkan oleh KPU, dialah presiden Indonesia. Dan siapapun presidennya, harus menjadi presiden untuk semua, bukan presiden untuk kelompoknya saja. Salam damai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun