Mohon tunggu...
Halimatus Sadiyah
Halimatus Sadiyah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Kesuksesan tidak akan menemukan kita, jika kita hanya berdiam diri. Maka, bangkit dan raihlah kesuksesan itu.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kontribusi Islam terhadap Dunia Pendidikan di Eropa Abad Pertengahan

7 Juli 2020   23:09 Diperbarui: 7 Juli 2020   23:04 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam pembangunan madrasah Wazir Nidham-Mulk menyediakan dana wakaf untuk membiayai seorang mudarris, seorang imam, dan juga mahasiswa yang menerima beasiswa dan fasilitas asrama. Beasiswa untuk mahasiswa ini adalah perbedaan lain antara madrasah dengan mesjid akademi, sebab dengan demikian madrasah lebih menarik bagi mahasiswa dari keluarga yang kurang mampu. Ini adalah asal muasal dari penyediaan tempat tinggal bagi ilmuwan-ilmuwan miskin di universitas-universitas-praktek yang pada abad pertengahan Barat berakar kuat di Paris, Oxpord, dan Cambridge.

Kurikulum

Sepanjang masa klasik Islam, penentuan kurikulum pendidikan Tinggi Islam berada di tangan ulama-kelompok orang-orang yang berpengetahuan dan diterima sebagai otoritatif dalam soal-soal agama dan hokum.  Keyakinan mereka berakar pada konservatisme agama dan keyakinan yang kokoh  terhadap wahyu senbagai inti  dari semua pengetahuan.  Mengikuti arus penolakan atas aliran yang diilhami filsafat Yunani-terutama paska al-Ghazali --kurikulum di mesjid akademi dan madrasah mengikuti contoh yang terjadi dalam halaqah-halaqah mesjid jami'. Sebagai persiapan untuk belajar ilmu-ilmu agama dan fiqih, seseorang mempelajari bahasa Arab, mencakup gramatikal dan komposisi serta pengenalan dasar-dasar prosa dan puisi. Studi-studi pendahuluan ini ditempuh dengan tutor pribadi atau dengan menghadiri halaqah seorang yang ahli bahasa Arab.  Para pedagog muslim menerima pandangan Yunani yang mengatakan bahwa kemampuan berfikir  logis dan jelas memiliki korelasi langsung dengan kemampuan berbicara dan menulis secara tepat. Karena itu, para tutor sangat menekankan latihan-latihan yang membantu perkembangan kemahiran berbahasa. Studi dan kemajuan gramatikal telah memperoleh dorongan besar setelah diperkenalkan pengetahuan Hellenistik ke dalam budaya Islam.  Ilmu-ilmu agama mendominasi kurikulum lembaga pendidikan formal, dan al-qur'an berada pada porosnya. Disiplin-disiplin yang perlu untuk memahami dan menjelaskan makna al-qur'an tumbuh sebagai bagian inti dari pengajaran-yakni hadis, lalu tafsir.  Sedangkan fiqih mendapat tempat dalam system ini sebagai satu bidang kajian khusus dalam mazhab tertentu, di mana ilmu-ilmu agama yang lain berfungsi sebagai prasyarat.  Di mesjid akademi  dan madrasah studi fiqih diuraikan oleh seorang syaikh dalam satu silabus yang disebut ta'liqah. Ta'liqah mengandung rincian materi pelajaran dan bias membutuhkan lebih kurang empat  tahun untuk menyampaikannya dalam perkuliahan. Materi yang terkandung dalam ta'liqah menjadi latar belakang informasi yang dibutuhkan dalam debat lisan-bentuk lain dari pengajaran di madrasah, debat lisan bersifat formal, tergantung pada aturan-aturan logika dan retorika di mana seseorang mempertahankan satu tesis-dalam hal ini, satu pandangan hokum menghadapi seorang 'penantang' yang mencoba akan membatalkan logika dan argumentasinya. Cakupan kurikulum lembaga pendidikan Islam pada abad ke-10 dapat diketahui jelas  dari berbagai sumber. Di antaranya adalah kitab Al-Fihrist (indek) oleh Ibn al-Nadim (988), sumber ikhwanus Safa', dan Frederick Dieterici yang terangkum dalam ensiklopedi pengajaran yang dikemukakan ikhwanus Safa:

    Disiplin Ilmu-Ilmu Umum: tulis-baca, arti kata dan gramatika, ilmu hitung, sastra, sajak dan puisi, ilmu tentang tanda-tanda dan isyarat, ilmu sihir dann jimat, kimia, sulap, dagang dan ketrampilan tangan, jual-neli, komersial, pertanian dan peternakan, serta biografi dan kisah-kisah.

    Ilmu-Ilmu Agama: ilmu-alqur'an, tafsir, hadist, fiqih, dzikir, zuhud, tasawwuf, dan syahadah.

    Ilmu-Ilmu Filosofis: matematika, logika, ilmu angka-angka, geometri, astronomi, aritmetika dan hokum-hukum, geometri, ilmu-ilmu alam dan antropologi, zat, bentuk, ruang, waktu, dan gerakan, kosmologi, produksi, peleburan, dan elemen-elemen, meterologi, dan minerologi, esensi, alam dan manifestasinya, botani, zoology, anatomi, dan antropologi, persepsi inderawi, embriologi, manusia sebagai micro kosmos, perkembangan jiwa, tubuh dan jiwa, pilologi, psikologi kejiwaan, teologi, doktrin esoteris islam, susunan alam spiritual, serta ilmu tentang alam ghaib.

Berdasarkan table di atas ilmu-ilmu asing yang berasal dari tradisi Hellenisme bukan merupakan kurikulum yang diajarkan di mesjid atau madrasah, pelajaran-pelajaran tersebut diajarkan pada tingkat pendidikan dasar dan kemungkinan tidak termasuk lagi dalam kurikulum pendidikan menengah, studi ilmu asing diajarkan pada halaqah-halaqah pribadi.

Perpektif Islam tentang Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan

Pengetahuan ilmiah orang Arab pada mulanya sangat terbatas dan secara umum bersandar pada mitologi. Orang-orang yang punya rasa ingin tahu (couriosity) begitu masuk Islam, tertarik atau bahkan terpesona dengan pengetahuan kuno yang secara tiba-tiba mereka ketahui. Segera mereka melihat manfaat dari pengetahuan tersebutbbagi mereka, terutama dengan perintah agama baru ini untuk meneliti jagad raya dan menemukan realitas ciptaan Tuhan. Al-qur'an tidak melarang penyelidikan jagad raya; sebaliknya justeru menganjurkan kegiatan ilmiah ini, sebab penggunaan pengetahuan dan akal secara benar hanya akan menghasilkan kebaikan. Itulah sebabnya, ilmuwan-ilmuwan pada masa awal secara terbuka mengambil pengetahuan baru ini dan menggabungkannya ke dalam kerangka kerja intelektual mereka.

Dalam kajian tentang pendidikan tinggi- atau pendidikan jenis apapun terdapat satu sikap filosofis terhadap pengetahuan dan proses memperoleh pengetahuan. Pada level permukaan, istilah-istilah 'kurikulum' dan 'pengajaran' selalu  mendapay perhatian  lebih awal dalam diskusi-diskusi tentang pendidikan. Tetapi  pada level yang lebih dalam, epistimologislah yang sebenarnya menjadi pemegang kunci proses belajar dalam satu lingkungan budaya tertentu. Bagaimana seseorang mengetahui satu objek, dan apa yang layak diketahui, masih tetap merupakan pertanyaan-pertanyaan esensial dalam pembahasan pendidikan. Ini adalah soal nilai-nilai; dan di tengah masyarakat Islam masa klasik, jawaban terhadap pertanyaan tersebut berada dalam keyakinan agama Islam itu sendiri.

Seperti pada kebanyakan masyarakat teokratis, pendidikan tinggi dan kegiatan menuntut ilmu di tengah masyarakat Islam klasik tergantung pada dan ditentukan oleh kepercayaan religius yang dominant -- dalam soal ini pandangan Islam tentang alam dan realitas. Para ulama Islam tidak mencari filsafat pendidikan untuk menentukan arah pendidikan tinggi dan arah pencarian pengetahuan, tetapi memperjuangkan sebuah teosopi sebagai kerangka kerja dasar untuk mengatur seluruh aspek kehidupan umat. Muslim periode klasik meyakini  kesatuan seluruh alam dan merasa segan untuk membagi pengetahun ke dalam bidang-bidang seperti agama, filsafat, matematika, atau sains.  Sistem teosopi mereka,  yang berasal dari wahyu al-qur'an, menggabung semua ini dalam satu pandangan dunia yang mengarahkan mereka dalam seluruh kegiatan cultural dan intelektual. Dengan menyandarkan diri pada al-qur'an sumber utama dan hadis sarana penafsiran kehendak Tuhan, sejumlah fenomena alam dan social tetap merupakan teka-teki bagi ilmuwan Muslim. Secara kebetulan ketika mereka menemukan filsafat dan sains Yunani. Mereka menenmukan sebuah perspektif tentang belajar dan pengetahuan yang sejalan  dengan kepercayaan. Neoplatonisme dalam bentuknya yang telah dikristenkan menawarkan satu penjelasan atas nama alam yang sesuai dengan kebenaran-kebenaran wahyu yang secara garis besar dikemukakan dalam al-Qur'an.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun