Mohon tunggu...
Halimah Rose
Halimah Rose Mohon Tunggu... Guru - Hidup akan lebih indah jika bermanfaat untuk orang lain

Sejatinya adalah seorang ibu rumah tangga yang mencintai keluarganya. Pekerjaan lain hanyalah sampingan sebagai wadah untuk selalu berproses.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Positif? (Bukan) Akhir Segalanya

1 Januari 2021   18:22 Diperbarui: 1 Januari 2021   18:32 1228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sebuah Kisah Nyata Penyintas Covid-19

Selasa, 15 Desember 2020

Selepas aktivitas Magrib bersama anak-anak, tetiba terdengar  suara dering ponsel Abi. Kulihat dia berbicara dengan seseorang, tapi aku tak bisa mengira dengan siapa Abi berbicara. Tak lama setelah selesai berbicara, Abi sampaikan berita yang  cukup menghentikan napasku sesaat.

"Mi, besok pagi Abi harus swab di Puskesmas Kecamatan Pancoran jam 8. Jadi, Abi ke kantor dulu baru swab," terang Abi sebelum aku sempat bertanya.

"Hmmm...kok Abi tau-tau diminta swab? Puskesmas dapat data  Abi dari mana?" tanyaku penasaran sambil memicingkan mata.

"Tracing, Mi. Ada teman sekantor Abi yang selantai,  sekarang dia dan keluarganya terkonfirmasi positif, " jelas Abi sambil berlalu meninggalkanku yang masih tergugu.

"As-tag-firu-llah," ucapku terbata.

Seketika kurasakan tubuhku menghangat. Bulu kudukku berdiri. Merinding membayangkannya. Kepalaku berpikir keras. Seingatku, kami cukup menaati semua protokol kesehatan. Mengapa jadi seperti ini? Aku takut? Ya, aku takut. Siapa yang tak takut? Penyakit paling menakutkan di sepanjang tahun ini.  Penyakit inilah yang menyebabkan dunia lumpuh sesaat. Penyakit yang telah membuat penduduk dunia kehilangan nyawa hanya dalam hitungan detik.

Besok Abi akan menjalani swab karena tracing.  Itu artinya,  Abi pernah kontak erat dengan penderitanya. Selintas bayangan berita-berita yang pernah kubaca dari internet atau kiriman orang-orang di Whatsapp menyemut memenuhi kepalaku. Bahkan, baru-baru ini beberapa rekan guru  berakhir dengan kehilangan nyawa karena tak tertolong saat timbul gejala sesak napas penyakit ini. Ya Allah. Selekas mungkin kutepis bayangan itu jauh-jauh. Hanya ratusan istighfar yang bisa menenangkan suasana hatiku saat ini.

Di tengah ketakutan dan kebingunganku,  aku dan Abi  membuat kesepakatan bahwa  mulai malam ini kami harus tidur dan beraktivitas terpisah. Karena aku perlu berbelanja dan memasak, aku dan anak-anak  hanya beraktivitas di bawah. Untuk isolasi mandiri, Abi akan selalu berada di atas (lantai 2).

*    *    *   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun