Mohon tunggu...
Munawar Khalil
Munawar Khalil Mohon Tunggu... Insinyur - ASN, Author, Stoa

meluaskan cakrawala berpikir, menulis, menikmati kehidupan yang singkat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Semesta dan Konsep Rahmatan Lil Alamiin yang Tidak Selaras

3 Mei 2022   12:18 Diperbarui: 11 Mei 2022   15:27 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: sains.sindonews.com

Rata-rata kita baru tahu, jika setiap planet itu ada satelit atau bulan alami yang mengitarinya. Bahkan dengan jumlah yang banyak. Sebelumnya yang kita tahu, beberapa manual book membuat proposisi bahwa bumi adalah pusat semesta. Hal ini untuk memvalidasi bahwa bumi, termasuk makhluk yang hidup di atasnya, adalah organisme sempurna dan mulia. Karena itu, harus mendapat perhatian khusus.

Semenjak teleskop ditemukan oleh Galileo barulah kita tahu bahwa bumi bukan pusat semesta. Bumi lah yang berputar mengelilingi matahari. Yang mengelilingi bumi adalah bulan. Kemudian ketika Edwin Hubble di abad 20 menemukan teleskop yang lebih canggih, matahari beserta seluruh planet yang mengelilinginya dalam struktur tata surya, ternyata juga bergerak mengelilingi pusat galaksi lagi, yang bernama Bimasakti.

Bintang seperti matahari, dalam galaksi Bimasakti ini saja berjumlah 400 milyaran, dengan masing-masing planet yang mengelilinginya. Lebar galaksi Bimasakti dari ujung ke ujung adalah 100 ribu tahun cahaya. Artinya dengan kecepatan cahaya untuk mencapai ujung ke ujung Bimasakti, akan menghabiskan waktu perjalanan selama 100 ribu tahun.

Di luar galaksi Bimasakti ternyata terdapat lagi 2 trilyunan galaksi lain dalam kumpulan kluster, superkluster, dan laniakea. Galaksi Bimasakti yang kita tempati ini masuk dalam kluster galaksi bernama Virgo. Wahana transportasi nir awak yang ada saat ini, beredarnya masih di dalam tata surya, belum keluar, apalagi sekedar mendekati galaksi lain di samping kita yang bernama Andromeda (walaupun masih 1 kluster bersama Bimasakti dalam kluster Virgo tadi).

Satu kluster lokal berisi sekitar 30 galaksi yang terikat bersama oleh medan gravitasi. Kluster-kluster ini membentuk kumpulan kluster yang disebut super kluster. Super-super kluster ini membentuk lagi gabungan super kluster yang diberi nama laniakea yang isinya ratusan ribu galaksi.

Saking luasnya, sebagai referensi wahana antariksa bernama New Horizon dengan kecepatan 48 ribu km/jam sejak meluncur dari bumi pada tahun 2006, baru sampai di Pluto tahun 2015. Artinya selama 9 tahun New Horizon berjalan, ia baru berada di dalam orbit tata surya, belum keluar, apalagi keluar galaksi Bimasakti. Itu karena saking jauhnya jarak antar materi di semesta.

Hal inilah yang menjadi pertanyaan banyak orang. Apakah ada makhluk lain di luar sana? Boleh jadi ada, hanya kita tidak tahu bentuknya seperti apa. Sebab, diantara jutaan trilyun planet pasca Big Bang, rasanya tak mungkin tak ada satupun planet yang komposisinya tak mampu menunjang organisme untuk hidup seperti di bumi. Karena jauh kita dan mereka tidak bisa saling mencapai atau berkomunikasi.

Perlu diketahui pada tahun 1977 NASA mengirimkan piringan emas dengan suara Presiden Jimi Carter ke luar tata surya denga 59 bahasa yang ada di bumi. Tujuannya agar ditemukan oleh makhluk lain di luar angkasa. Isinya adalah menyapa mereka dengan menyampaikan salam damai dan persahabatan.

Bintang paling dekat dengan bumi dan matahari, Proxima Centaury saja berjarak 4 tahun cahaya. Artinya dengan kecepatan cahaya yang 299.000 km/detik, cahaya Proxima Centaury yang sampai ke mata kita adalah cahaya 4 tahun yang lalu, sebab cahaya berjalan merambat memerlukan waktu 4 tahun baru sampai ke bumi. 

Satu tahun cahaya sama dengan jarak 10 trilyun kilometer. Saat ini tidak ada benda bermassa secepat cahaya, bahkan juga di massa yang akan datang. Karena benda bermassa dengan kecepatan cahaya pasti akan hancur lebur ketika bergesekan dengan udara, ataupun ruang hampa.

Mempelajari luasnya semesta, jarak, beserta benda-benda angkasa lain, menarik untuk dianalasis kenapa Allah menaruh perhatian besar terhadap 1 planet kecil berbentuk seperti debu dalam galaksi Bimasakti ini. Padahal hanya sekedar dalam 1 galaksi saja bumi itu sangat kecil. Belum kluster, super kluster, laniakea, apalagi semesta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun