Mohon tunggu...
Munawar Khalil
Munawar Khalil Mohon Tunggu... Insinyur - ASN, Author, Stoa

meluaskan cakrawala berpikir, menulis, menikmati kehidupan yang singkat

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Manajemen Bencana Penanganan Covid, Efektivitasnya, dan Dampak PPKM

4 September 2021   20:01 Diperbarui: 4 September 2021   22:16 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image: kemenkes.org.id

Wabah pandemi covid-19 ini termasuk dalam kategori bencana. Artinya penanganannya menggunakan SOP kebencanaan. Ada aturan-aturan dalam menghadapi bencana yang tahapannya harus kita lalui. Sayangnya, bencana yang disebabkan wabah seperti ini adalah bencana baru yang tidak umum bagi aparatur di daerah. 

Terlihat banyak yang kaget tidak tahu harus berbuat apa. Apalagi bagi rata-rata aparatur yang terbiasa bekerja datar, mengelola manajemen pun basisnya bukan karena kompetensi terhadap tugas pokok dan fungsinya.

Salah satu faktor penyumbang mismanajemen ini adalah seringnya terjadi reposisi aparatur pada satu tempat ke tempat lain. Dan itu mengakibatkan setiap pejabat pada level eselon 3 dan 4 harus belajar dari awal di tempat baru. Apalagi jika posisi yang ditempati adalah posisi yang sangat jauh dari latar belakang pendidikan dan keilmuannya.

Ada beberapa yang bisa beradaptasi dengan baik dan cepat. Tapi lebih banyak yang tergagap, bahkan stuck. Yang tergagap inilah yang membuat manajemen menjadi jalan di tempat, sulit di push. Begitu ada masalah atau bencana seperti covid-19 ini, yang terlihat adalah bergeraknya satu institusi atau organisasi tanpa arah dan cenderung berbingkai citra. Jauh dari substansi.

Parahnya lagi dalam kondisi sebaran angka fatality rate yang makin meluas sepertinya kita tidak pernah mendengar ada tracing kepada anggota atau keluarga masyarakat yang terkonfirmasi positif. Apakah pernah kita ditanyakan kemungkinan tertularnya kapan, dengan siapa, dan di mana? Tidak ada. 

Hal ini bisa saja karena faktor keterbatasan sumber daya manusia yang mengakibatkan tidak seimbangnya nakes dengan jumlah pasien terkonfirmasi. Akhirnya langkah-langkah efektif sudah tidak bisa lagi dilakukan. Disamping jumlah tenaga kesehatan yang terbatas, kelelahan dan kebosanan melanda, durasi pandemi yang terlalu lama, faktor minimnya insentif mungkin juga berpengaruh besar.

Kita sama sekali tidak berharap, tahapan berikut hanya menunggu korban di rumah sakit berdatangan, rawat hingga negatif dan sembuh, jika meninggal; kebumikan. Kemudian menambah beberapa gedung, ruang perawatan, atau tempat isolasi mandiri dan terpadu.

Secara statistik angka terkonfirmasi terus meningkat. Lalu kita bertanya, apa sih fungsi PPKM itu? Sejauh yang kita lihat PPKM hanya melokalisir gerakan orang pada tempat dan jalan tertentu. Tapi tidak mencegah penularan di tempat-tempat atau sub-sub yang lebih rawan adanya interaksi masyarakat internal seperti pasar, cafe-cafe, atau kantor-kantor pemerintah dan perusahaan.

Ada banyak alasan kenapa pertanyaan-pertanyaan seperti ini muncul. Terutama ketika dampak PPKM secara faktual menjungkirbalikkan semua sistem produksi dan perekonomian. 

Masyarakat kecil yang dalam kondisi normal saja harus susah payah, kembali harus berjibaku demi menjaga agar dapurnya tetap mengepul. Sementara hampir tidak ada yang bisa mereka lakukan bagaimana agar peluang perekonomian bisa bangkit kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun