Mohon tunggu...
Abdul Hakim El Hamidy
Abdul Hakim El Hamidy Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Konsultan Penerbitan, Trainer, dan Motivator

Akrab disapa Aa Hakim. Adalah seorang penulis yang telah menerbitkan 30+ buku berbagai genre. Ia juga merupakan Co-Writer dan Ghost Writer dari buku "Hujan Safir", Meyda Sefira; "Gelombang Yunus" Asyirwan Yunus (Wakil Bupati Lima Puluh Kota 2010-2015); "Repihan Pendidikan", Irfendi Arbi; dan "Empat Pilar Pembangunan Kabupaten Solok". Selain menjadi penulis, penulis pendamping dan penulis bayangan, ia juga adalah trainer dan motivator yang telah berbicara pada ribuan peserta.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Fenomena "Penganggur Muda dan Terdidik"

28 Juli 2022   00:02 Diperbarui: 28 Juli 2022   09:06 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: www.anakteknik.co.id

Ini pulalah yang saya alami. Saya pernah menjadi dosen luar biasa di perguruan tinggi dan menjadi tenaga honorer di beberapa sekolah dan pesantren, namun  saya lepas (resign) setelah berkeluarga, karena kebutuhan tak seimbang dengan jumlah penghasilan. Saya anggap sekian tahun mengajar sebagai bentuk pengabdian dan upaya mengaplikasikan ilmu yang saya peroleh.

Keputusan “gila” saya ini juga sejatinya banyak disesalkan oleh beberapa teman saya dan bahkan oleh keluarga. Namun, hidup terus berjalan dan kebutuhan tidak dapat direm/ditahan. Beruntung, teman-teman saya sesama sarjana banyak yang lulus PNS, baik melalui jalur tes maupun pendataan. Gaji tetap dengan ditopang oleh tunjangan dan sertifikasi. Tentu, jika memilih hidup sederhana dengan mengutamakan pendidikan anak-anaknya, gaji tersebut sudah dapat menyejahterakan kehidupan.

Saya adalah Sarjana Pendidikan Bahasa Arab. Namun, saya dapat dibilang “Sarjana Nyasar”. Setelah memutuskan resign, saya justru bergelut di dunia penulisan-penerbitan dan secara spesifik di dunia editing yang justru banyak bergelut dengan bahasa Indonesia yang bukan jurusan saya. Saya dihadapkan kepada tantangan harus terus mengikuti perkembangan bahasa. Sebagai contoh, dulu dikenal dengan EYD (ejaan yang disempurnakan), sekarang berkembang menjadi EBI (ejaan bahasa Indonesia). Hingga kini, saya masih terus belajar bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Oleh karena itu, para sarjana jangan sampai menjadi “penganggur terdidik”. Mereka harus segera mengambil keputusan untuk bekerja apa pun dan menjadi apa pun. Jika belum dapat menciptakan lapangan kerja untuk orang lain, mereka harus mampu menciptakan lapangan kerja minimal untuk dirinya sendiri.

Terus menggali potensi menjadi sebuah kemestian, karena roda ekonomi terus berjalan. Tidak ada salahnya menjadi pengusaha atau sementara berjualan di pinggir jalan. Jika takdir berpihak, untuk sekian tahun ke depan Anda, wahai Sarjana, dapat memiliki ribuan karyawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun