Mohon tunggu...
Hairil Anwar Arifin
Hairil Anwar Arifin Mohon Tunggu... -

Penikmat seni dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Tanjung Kelayang: Sedap Dipandang, Indah Dikenang

30 September 2011   16:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:28 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tersanjung dayang gagap berdendang

Gelok cendawan rentan bertahan

Tanjung kelayang sedap dipandang

Elok rupawan ciptaan tuhan

K

AMIS sore, 22 September 2011 cuaca cerah memayungi kawasan Pantai Tanjung Kelayang. Tak ada mendung. Langit pun tampak membiru satu warna yang sangat sepadan dengan warna air laut di tempat itu. Bahkan mentari pun masih bersinar dengan garangnya. Namun tak ada yang menghiraukan teriknya sengatan sang surya termasuk para pekerja yang sedang menyiapkan tempat pelaksanaan kegiatan Sail Wakatobi-Belitong 2011. Malah rasa sejuk sangat terasa karena hembusan angin yang bertiup dari arah utara datang menerpa. Sejumlah anak terlihat asyik bermain di sepanjang pasir putih tidak jauh dari perahu nelayan yang terparkir rapi di pinggiran pantai. Sementara tampak di kejauhan orang-orang bersenda gurau. Tidak saja pengunjung lokal namun tampak pula wisatawan asing. “Cantik nian tempat ini. Pantai yang indah,” kata sahabatku Omed sesaat setelah kendaraan yang membawa kami memasuki kawasan pantai. Ia pun lantas mengeluarkan sebuah kamera digital dari tas kecil yang disandang dipunggungnya. Sejumlah objek menarik kemudian menjadi sasaran kameranya tak lama setelah pintu kendaraan terbuka. Tak cuma Omed, beberapa rekanku yang lain pun mengeluarkan pujian serupa sebagai tanda takjub. “Pasir pantai di Tanjung Kelayang bersih dan halus. Banyak objek menarik. Tempat yang tepat untuk hunting foto,” kata Budi JS, sahabatku yang lain menambahkan. Seperti tak mau kalah dengan Omed, Budi JS pun kemudian menjepret deretan batu granit yang berada tak jauh dari pinggiran pantai. Bahkan tak lama berselang kedua sahabat yang memang memiliki kesenangan fhotografi itu pun langsung beranjak pergi meninggalkan kami di pinggiran pantai untuk mencari objek foto yang menarik. Sedangkan aku dan belasan rekan yang lain menikmati pemandangan cantik sembari berjalan pelan menyusuri pasir pantai. “Bapak ibu, silahkan mampir, mari nikamti dulu air kelapa muda,” panggil seorang pelayan warung ramah kepada kami. Karena haus kami pun memesan kelapa muda dan menikmatinya dengan santai.

Tanjung Kelayang, demikian pantai indah yang terletak sekitar 27 kilometer dari kota Tanjung Pandan Kabupaten Belitung Provinsi Kepulauan Bangka Belitung itu diberi nama. Indah, sepertinya memang menjadi kata pertama yang tepat diucapkan ketika kita menginjakkan telapak kaki di pantai landai tersebut. Pasir putih yang terhampar luas di sepanjang pantai membuat mata tak puas menahan pandang. Apalagi bila arah pandang dialihkan ke batu granit yang menghiasi pulau-pulau kecil di sekitarnya pasti akan membuat pandang semakin takjub. Diantara sekian banyak batu granit tersebut terdapat batu granit raksasa yang bentuknya menyerupai kpala Burung Garuda dan masyarakat Belitung sering menyebutnya Batu Garuda atau Batu Kelayang. Batu Kelayang akhirnya diabadikan menjadi nama Pantai Tanjung Kelayang sekaligus dijadikan maskot Sail Wakatobi-Belitong yang akan berlangsung pada tanggal 5 hingga 12 Oktober 2011 mendatang. Sejumlah sumber menyebutkan Tanjung Kelayang berasal dari dua kata yaitu Tanjung yang artinya Semenanjung sedangkan Kelayang artinya Burung Kelayang atau Burung Garuda. Menurut situs www.billitonisland.com batu granit mirip kepala Burung Garuda atau Batu Kelayang ini hanya ada di Belitung tepatnya dikawasan objek wisata Pantai Tanjung Kelayang dan tidak ada duanya di dunia. Batu ganit besar yang diyakini oleh banyak ahli sejarahwan, arkeolog, dan peneliti berasal dari zaman megalitikum tersebut mempunyai kekuatan mistis. Hikayat dan mitos yang diceritakan satu generasi ke generasi Belitung lainnya menyebutkan bahwa Burung Garuda atau Kelayang yang sedang berendam di perairan Pantai Tanjung Kelayang posisinya selalu menghadap ke arah barat (Kiblat). Ada batu besar bertumpuk diatasnya sebagai kepala dan leher serta paruh burung lengkap dengan kepak sayap dan tumbuhan liar disisi atas sebagai jambulnya. Batu-batu yang saling bertengger satu dengan yang lainnya tersebut tidak bergeser dan selalu berada pada titik konstan, menandakan bahwa Belitung aman dari gempa dan jenis pergeseran lempeng alam lainnya. Jadi, hanya dengan suatu kekuatan besarlah yang bisa menyebabkan batu besar sebagai kepala burung tersebut jatuh ke tanah. Karena itu, banyak yang mempercayai kiamat akan datang manakala batu-batu tersebut runtuh ke Bumi. ”Keindahan Tanjung Kelayang tidak kalah sama Pulau Dewata Bali. Sangat menawan dan sedap dipandang,” komentar rekanku yang lain Erna Sundari.

Tanjung Kelayang memang menawan. Sedap dipandang dan tak bosan dikenang. Apalagi bila mata memandang deretan pulau-pulau kecil di sekitar pantai. Dipastikan mata akan sulit terpejam. Gulungan ombak pun sangatlah tenang sehingga sangat cocok untuk berenang. Karenanya wajar saja bila banyak turis tertawan. Apalagi akses menuju Tanjung Kelayang sangatlah mudah. Selain didukung dengan infrastruktur jalan yang sangat baik,tersedia pula sejumlah alat transportasi untuk mengantarkan kita ke tempat tersebut. Kini, Tanjung Kelayang menjadi salah satu destinasi wisata Indoneisa. Mungkinkah Tanjung Kelayang menjadi sorga dunia? Semoga!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun