Mohon tunggu...
Hairil Suriname
Hairil Suriname Mohon Tunggu... Lainnya - Institut Tinta Manuru

Bukan Penulis.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Berburu Takjil, Paket Toleransi Beragama di Kota Batam

14 April 2021   21:35 Diperbarui: 14 April 2021   21:43 1610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin saya berpikir tentang wilayah-wilayah dengan zona merah perlu hindari keramaian, orang lain mungkin berpikir protokol kesehatan sebenarnya melukai, membunuh pelan-pelan psikologi orang. Terkhusus masyarakat dengan tingkat pendapatan yang minim. Beda halnya dengan orang yang berpendapatan cukup, protokol kesehatan memang penting.

Hal kedua yang saya temuai dari keramain normal ini adalah mungkin pemerintah batam melihat kerumunan ini belum berlebihan, jadi tidak ada upaya mengkoordinasikan untuk mengawasi beberapa tempat yang sudah dari dahulunya terkenal pasti ramai apa lagi menjelang buka puasa dan usai sholat tarawih.

Artinya, sebuah aturan atau ketegasan pemerintah dengan memfokuskan kontrol pada keramaian tidak akan berjalan maksimal. Sebab, keramain tersebut bagian dari aktivitas orang normal dan kebanyakan adalah orang-orang yang seharian bekerja dan memilih untuk menghibur diri dengan memilih tempat terkait sebagai tempat untuk melepas lelah.

Beberapa kota di indonesia tingkat perkembangan angka kasus covid-19 menjadi makin tinggi menurut data kesehatan nasional termasuk daerah batam adalah kota yang terpapar covid-19. Dengan kembali melakukan aktivitas di momen lebaran ini, saya hanya berpikir tentang penekanan masif protokol kesehatan, dan jangan sampai selama Ramadhan dan libur Lebaran, terjadi lonjakan kasus COVID-19 lagi., dan ini hanya ketakutan saya.

Suatu daerah dengan protokol kesehatan yang ketat sekalipun, kita masih dapat terlihat kecolongan dalam penangannya. Bukan berarti saya tidak melihat penangan upaya yang lainnya. Artinya, hampir semua tempat di indonesia ini tidak dapat menghindari keramaian di waktu ramadhan. Apakah ini salah?

Prinsipnya, kita tidak menginginkan terjadi lonjakan kedua kasus COVID-19. Tapi kita juga tidak bisa menghindari keramaian yang normal ini. Menurut hemat saya, pengawasan protokol kesehatan di Kota Batam sudah tentunya dilakukan secara intensif. Bukan hanya itu saja, pengawasan sudah sangatlah ketat dan sangat masif. Tetapi di ramadhan ini, sebuah keunikan normal berburu takjil yang mengalir begitu saja bersama sepaket toleransi beragama yang membuat ramadhan menjadi ramai dan hal ini akan berjalan sampai tibanya Lebaran.

Tolerasni beragam rasanya semanis hidangan takjil untuk buka puasa, setiap sore orang-orang berburu. Menyatukan kesebaragaman agama dalam aktivitas yang sangat menarik. Ini sungguh hal yang sangat luar biasa bagi saya, dan semoga saja semua wilayah indonesia mengalami hal yang sama, toleransi beragam agama dengan tanpa mengabaikan etika dan kaidah-kaidah yang diatur oleh agama masing-masing.

Yang saya tahu, semua dari kita sangat-sangat mengkhawatirkan terjadi lonjakan kasus COVID-19 lagi, sedangkan stok vaksin terbatas. Distribusi vakasin secara nasional-internasional mungkin terdapat kendala atau hal lain. Dan yang terakhir, kondisi aktivitas ramadhan ini bukan kondiri rawan. Hanya perlu beberapa poin peringatan atau pengawasan masif dan biarkan aktivitas keagamaan ini berjalan normal. Perlukah mengawasi kerumunan di bulan ramadhan?

Terimakasih,  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun