Mohon tunggu...
Hairil Suriname
Hairil Suriname Mohon Tunggu... Lainnya - Institut Tinta Manuru

Bukan Penulis.

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Bukan Petani Sungguhan, Cerita Menanam untuk Merawat Pikiran (Seri I)

8 April 2021   09:10 Diperbarui: 8 April 2021   10:37 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: dinkes.kalteng.go.id

Sebagai penjual/pedagang yang berpofesi menjajal tanaman hias di batam, mungkin mereka punya system komunikasi yang intens. Hal ini membuat mereka dapat mengkomunikasikan harga jual dipasaran dengan standar satu harga yang sama di hampir semua tempat. Ini beberapa hal yang saya temui

Menanyakan harga tanah ala pembeli yang profesional. Budaya pembeli, menanyakan dulu sebelum membeli sesuatu. Mungkin, di Indonesia pada umumnya sudah membudaya perihal ini. Selalu ada jurus tanya menanya sebelum mereka beli.

Anggapan saya, ini adalah hal wajar dalam konsep pasar, kalau tidak ada proses tanya menanya, proses tawar menawar, sudah tentu namanya bukan pasar. Hukum permintaan dan penawaran berlaku untuk semua aktivitas menjual sesuatu meskipun itu dilingkup pasar yang sangat kecil

Lima karung tanah bercampur pun sudah saya bayar, dengan cepat menyusuri jalanan kota batam pulang ke rumah. Tanpa pikir Panjang, intinya harus buru-buru sampai rumah. Setiba di depan rumah, lima karung tanah diletakkan di dekat pintu masuk pagar rumah. Sesegera mungkin dengan rasa penasaran dalam kepala, menuju kamar lalu hidupkan laptop.

Ada kaitan apa menanam dengan laptop? Mengapa buru-buru hidupkan laptop sepulang dari membeli bibit, polibeg, pupuk dan juga tanah?

Bukan berarti saya akan menanam semua yang di beli tadi didalam laptop, oh tidak. Saya masih waras, saya tidak mungkin lakukan hal itu.

Buru-buru masuk ke kamar dan hidupkan laptop merupakan jalan ninja saya. Karena saya bukan petani biasa, bukan petani sungguhan. Maka membutuhkan pengetahuan tentang menanam dengan media pot dan juga polibeg adalah hal penting. Mulailah meumpulkan referensi dari video, artikel, grup facebook dll yang ada hubungannya dengan ihwal menanam bagi pemula.

Sebagai anak petani dan juga nelayan, saya punya modal tentang bercocok tanam dan melaut, itu sudah pasti. Tetapi, seiring berjalannya waktu dan saya sendiri di takdirkan punya kesempatan bersekolah, menempuh Pendidikan di kota. Meskipun punya modal itu, saya harus mencari lebih banyak untuk melakukan secara langsung praktik tanam setelah lama tidak melakukannya secara langsung.

Istilahnya, semua yang dicari tadi, saya makan dengan lahap. Masukan dalam kandungan otak untuk menyaring beberapa hal penting terkait metode dan Teknik terbaik menanam dirumah dengan media tertentu, kalau tidak begitu kemungkinan gagal menanam adalah 80%, dan itu hal tergila yang dilakukan oleh salah seorang generasi petani dan pelaut. Dari sore hari hingga malam, membaca artikel, nonton video di youtube, akses ke media social facebook dan Instagram mengumpulkan banyak hal.

Besok paginya, waktu yang tepat untuk memulai. Beberapa jenis bibit disemai, tanah untuk media tanam sudah dalam polibeg, sedangkan pot belum saya gunakan. Mengatur letaknya polibeg di balkon dan menunggu hingga semaian saya menjadi bibit untuk di tanam. Yang tidak disemai hanya bibit kangkung. Saya memilih menanam kangkong semi hidroponik dengan munggunakan botol bekas air minum. Targetnya 20 botol pertama sebagai pemula.

Selang waktu 3-4 hari, biji-biji yang disemai mulai pecah, cabai, bayam merah dan bayam putih, sawi, pakcoy, tomat dan terong. Lumayan banyak. Padahal baru dalam tahap percobaan sebagai pemula, peduli apa saya sama pengalaman menanam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun