Puisi merupakan wahana menulis yang unik menurut hemat penulis, karena kata-katanya yang ada dalam puisi bisa dibilang sangat sedikit, singkat tapi padat makna. Dari kata-kata yang sedikit dan singkat itu, membaca puisi sangat-sangat berdampak pada pembaca. Semakin dibaca, semakin besar juga dampaknya. Penulis sejauh ini belum tau tentang dampak puisi secara psikis. Kalau pembaca sudah tahu, jangan lupa berbagi di kolom komentar.
Selain itu, puisi ini sama halnya sebagai tulisan dalam sejumlah artikel di banyak media atau surat kabar. Hanya saja ada perbedaannya, artikel membutuhkan banyak kata dan kalimat sedangkan puisi adalah bentuk singkat dan padat makna, tapi keduanya menyediakan ruang interpretasi yang sma-sama luas bagi setiap orang yang membaca.
Membaca puisi, atau menulis puisi bagi penulis adalah sebuah proses ekspresi. Proses ekpresi ini membuat pembaca menyukai  pola-pola yang dibentuk dalam puisi. Mulai dari rima, aliterasi, pengulangan kata, asonansi, dan kawan-kawannya dikemas dalam satu rasa lalu di ekspresikan menjadi puisi. Inilah yang penulis anggap bahwa puisi adalah energi dari emosi yang terkoreksi.
Selain puisi Chairil Anwar, ada juga penulis puisi yang memiliki banyak karya seperti Supardi Djoko Damono, Soe Hok Gie, Wiji Thukul, W.s Rendra dan lain-lain yang pastinya pembaca semua sudah pernah membaca karya-karya mereka. Yang penulis sukai dari membaca lagi puisi karya penulis penyair lama adalah ambiguitasnya yang tinggi dari puisi-puisi mereka. Menurut penulis, dengan ambiguitas yang tinggi inilah mejadikan puisi sebagai konsumsi batin yang paling asik dan terindah yang penulis rasakan
Setelah Chairil Anwar, ada beberapa penyair yang penulis baru mengetahuinya ketika di bangku kuliah. Karena penulis aktif di beberapa organisasi mahasiswa, dari aktivitas rutin di organisasi itulah sosok Soe hok Gie penulis kenal dalam banyak obrolan senior-senior. Makin penasaran, kembali menyelami artikel, video, berita buku dan lain-lain yang penulis kumpulkan untuk cari tahu siapa sebenarnya Gie.
Gie, adalah sosok di balik perlawanannya terhadap semua yang tak benar pada tahun 1966, sangat galak dan tidak segan-segan saat melakukan kritik pada kekuasaan dan nekat ketika menjadi seorang demonstran dan banyak hal lainnya. Biografi dan buku-buku tentangnya menjelaskan secara detile sejarah sosok yang satu ini. Dia adalah seorang anak muda yang sangat berpendirian, teguh dalam memegang prinsipnya dan rajin mendokumentasikan perjalanan hidupnya dalam buku harian. Begitu hasil penelusuran dokumen dan berbagai video juga buku yang penulis ketahui.
Dalam sebuah puisi terbaik menurut penulis setelah membaca beberapa puisi milik Soe Hok Gie nama lengkap Gie yang di kenal sebagai aktivis 66. Berikut puisi yang peling penulis sukai :
CINTA
Ada orang yang menghabiskan waktunya untuk berziarah ke Mekkah
Ada orang yang menghabiskan waktunya untuk berjudi di Miraza
Tapi aku ingin habiskan waktuku disisimu, sayangku
Bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu,
Atau tentang bunga-bunga yang manis di lembah Mandalawangi
Ada serdadu-serdadu Amerika yang mati kena bom di Danang
Ada bayi-bayi yang mati lapar di Biafra
Tapi aku ingin mati disisimu, manisku
Setelah kita bosan hidup dan terus bertanya-tanya
Tentang tujuan hidup yang tak satu setan pun tau
Mari sini, sayangku
Kalian yang pernah mesra, yang pernah baik, dan simpati padaku
Tegaklah ke langit luas atau awan yang mendung