Mohon tunggu...
Hairatunnisa
Hairatunnisa Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar

Penikmat literasi dan fiksi dan kini tertarik pada isu wilayah dan kebijakan publik

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Potret Kehidupan Perkotaan dalam Gerak Lambat

6 Januari 2022   06:36 Diperbarui: 6 Januari 2022   06:42 571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto karya  Garry Andrew Lotulung, yang mengabadikan kemacematan di jalanan perkotaan  (Sumber: Kompas.com/Garry Andrew)

Sore itu seperti hari-hari lainnya, jalanan begitu ramai dan macet pada saat peak hour seperti ini. Berbagai kendaraan terlihat menyesak di jalanan yang mengakibatkan kemacetan yang mengular. 

Sesampainya di Jalan Tamansari, saya mulai melihat angkot yang melayani rute saya terjebak di antara kemacetan tersebut. Tak lama, angkot itu akhirnya menepi. Ternyata saya adalah satu-satunya penumpang saat itu sehingga sang supir memutuskan untuk mengetem. 

Namun tak berapa lama, sopir tersebut memutuskan untuk menarik kembali angkotnya walaupun tidak ada lagi penumpang yang naik setelah saya. Padahal lima tahun lalu angkot rute ini terkenal dengan tabiat 'ngetemnya'. Akan tetapi saat ini memang tidak mudah untuk mengetem. 

Ruas jalan yang terbatas dan penuh sesak dengan kendaraan tidak memungkinkan untuk memarkir angkot terlalu lama di pinggir jalan. Selain itu, orang-orang sudah mulai meninggalkan angkutan umum dan beralih menggunakan ojek online.

Sepanjang perjalanan, dimana-mana terlihat pasukan ojek online dengan rompi berwarna hijaunya yang khas hilir-mudik di jalanan sembari menaikkan dan menurunkan penumpang di sembarang tempat. 

Bahkan di trotoar jalan pun, saya juga melihat para supir ojek online tersebut sedang melepas lelah di atas spanduk yang dijadikan alas duduk. Fenomena ini sangat berbeda dengan lima tahun lalu saat saya pertama kali menginjakkan kaki di kota ini. 

Padahal sekitar lima tahun yang lalu, saya harus naik angkot atau berjalan kaki bersama teman-teman karena pada malam hari tidak ada angkot yang melayani. Saya pun harus rajin membuka browser untuk tahu rute-rute angkot kota ini.

Akhirnya perjalanan sepanjang 1,5 kilometer itu ditempuh kurang lebih selama 40 menit. Padahal jika berjalan kaki maka bisa ditempuh selama 18 menit saja menurut googlemaps. 

Esoknya, saya langsung mencoba berjalan kaki dari rumah menuju kampus untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan jika berjalan kaki. Maka saya pun mulai bersiap-siap lebih awal dari biasanya. 

Ternyata hanya dibutuhkan sekitar 20-an menit menuju kampus dengan berjalan santai. Sebaliknya, bila menggunakan ojek online, maka saya selalu memesannya secara terburu-buru 15  menit sebelum perkuliahan dimulai. 

Saya kemudian bertanya ke dalam diri sendiri, sesungguhnya kehidupan cepat seperti apa yang saya inginkan? Apakah lebih baik bergerak cepat secara terburu-buru atau bergerak lebih lambat namun penuh persiapan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun