Mohon tunggu...
Hairatunnisa
Hairatunnisa Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar

Penikmat literasi dan fiksi dan kini tertarik pada isu wilayah dan kebijakan publik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Antara Anak-anak yang Meniru Orang Dewasa atau Sebaliknya

6 Desember 2021   13:07 Diperbarui: 6 Desember 2021   13:18 729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lukisan berjudul Picasso dogs (sumber: indonesiamendesain.com)

"Apakah anak-anak yang meniru orang dewasa, atau justru orang dewasalah yang meniru anak-anak?"

Pertanyaan ini pernah ditanyakan oleh Kang M. Zein Permana, M.Si. pada suatu Webinar online, dimana sontak sebagian besar audiens meramaikan kolom chat dengan jawaban bahwa anak-anaklah yang meniru orang dewasa. Bukankah sudah sering kita mendengar bahwa setiap perbuatan yang kita lakukan pada anak-anak akan berdampak pada mereka. Selain itu, di usia muda tersebut, bukankah anak-anak senang mengeksplorasi lingkungannya? Hal ini pun dipakemkan di dalam Hukum Hereditas yang pernah kita pelajari di bangku sekolah bahwa seseorang dipengaruhi oleh faktor genetik dan juga lingkungan. Tentu tidaklah mengherankan bahwa audiens menjawab demikian.

Tetapi Kang Zein justru menjawab sebaliknya. Ternyata orang dewasalah yang seringkali menirukan anak-anak. Bahkan proses meniru tersebut terjadi secara tidak sadar melalui mekanisme 'unconscious mimicry.' Ketika mendengar celotehan anak-anak yang bertingkah lucu misalnya, secara tidak sadar kita pun mengikuti tingkah polah mereka. Pun saat berkomunikasi dengan anak-anak, kita pun akan mencoba menggunakan bahasa bayi, misalnya, "duuh cayaaang, atit yaa?" Sepertinya memang orang dewasalah yang lebih mudah menirukan anak-anak. Meskipun kenyataan bahwa anak-anak juga menirukan orang dewasa sepertinya tidak sepenuhnya salah, akan tetapi proses peniruan tersebut berlangsung dalam waktu relatif lebih lama dibandingkan orang dewasa yang serta-merta menirukan anak kecil begitu berjumpa dengan mereka.

Fenomena orang dewasa yang meniru anak-anak selain dijumpai pada kejadian sehari-hari, dapat ditemukan pula pada penciptaan karya seni seperti karya lukisan seniman hebat Pablo Picasso dan karya sastra berjudul The Little Prince (Le Petit Prince) yang ditulis oleh Antoine de Saint-Exupery. Gaya melukis Picasso yang seolah menyerupai coretan anak-anak justru dilakukannya saat ia telah mencapai usia matang mendekati penghujung usianya. Sepanjang hidupnya, Picasso senang mengeksplorasi beragam gaya lukis seperti gaya realisme (melukis objek sebagaimana wujudnya) hingga mempelopori gaya kubisme sebagai salah satu aliran seni lukis modern.

Pada lukisan-lukisannya yang beraliran kubisme tersebut, Picasso senang memasukkan unsur-unsur abstrak di dalamnya. Sehingga meskipun terkesan sederhana dan menggunakan teknik dasar, tapi lukisannya tersebut syarat akan makna-makna di dalamnya. Salah satunya adalah lukisan berjudul Self-potrait facing death (1972) yang merupakan karya terakhir Picasso yang hanya digambar pada selembar kertas dengan menggunakan crayon. Sampai kini orang-orang terus memberikan interpretasi mereka mengenai lukisan tersebut. Bahkan Picasso pernah berujar,"it took me four years to paint like Raphael, but a lifetime to paint like a child."

Lukisan berjudul 'Self-potrait facing death' (1972) karya Picasso (sumber: arts.pallimed.org)
Lukisan berjudul 'Self-potrait facing death' (1972) karya Picasso (sumber: arts.pallimed.org)
- 

Begitu pula Exupery, seorang pilot pada periode perang dunia ke-2 yang menulis novel The Little Prince (1943) pada saat usia dewasa. Novel yang ditulisnya tersebut berpusat pada sosok Pangeran Kecil dari luar angkasa yang bertemu dengan pilot yang terdampar di gurun sahara (sebagai catatan Exupery pun pernah mengalami kejadian terdampar di gurun Libya saat tengah bertugas). Melalui penggambaran sosok Pangeran Kecil yang naif yang mempertanyakan keanehan orang dewasa seperti raja yang sibuk memerintah (seperti halnya pemerintah yang selalu memberi perintah, bukan pengurus yang bertugas untuk mengurus) serta pengusaha yang sibuk menghitung bintang untuk menjadikannya kaya, yang kekayaannya akan digunakan untuk membeli lebih banyak bintang.

Buku The Little Prince (1972) Karya Exupery (sumber: Dokumentasi Pribadi)
Buku The Little Prince (1972) Karya Exupery (sumber: Dokumentasi Pribadi)

Ilustrasi raja yang selalu memerintah yang digambar oleh Exupery (sumber: Dokumentasi Pribadi)
Ilustrasi raja yang selalu memerintah yang digambar oleh Exupery (sumber: Dokumentasi Pribadi)

Maka pembaca akan terhenyak seperti sang pilot saat menyelami pemikiran pangeran kecil yang sederhana, penuh tanya, spontan, jujur, serta apa adanya. Walaupun gaya penuturan Exupery pada novel ini sangat sederhana sehingga menjadikan buku ini layak dibaca oleh segala rentang usia, namun buku ini tentunya syarat akan makna. Alhasil, buku ini terus dicetak hingga kini dalam beragam bahasa dan direkomendasikan sebagai salah satu buku yang wajib dibaca seumur hidup. Buku The Little Prince, adalah salah satu karya terakhir Exupery yang ditulis setahun sebelum ia dilaporkan menghilang di tahun 1944 pada penerbagannya menuju Borgo, Corsica saat bertugas.

Merefleksikan bagaimana Picasso dan juga Exupery yang telah dewasa kemudian memutuskan menghasilkan karya yang seperti meniru anak-anak membuat saya sepakat bahwa orang dewasalah yang sejatinya meniru anak-anak. Entah hal tersebut adalah sifat alamiah manusia yang semakin mencapai usia senja justru berprilaku seperti anak-anak atau hanya sebuah kesengajaan semata, namun yang jelas karya-karya tersebutlah yang mengantarkan karya mereka semakin dikenal dan menjangkau lebih banyak orang. Mungkin juga karena sifat alami manusia bahwa di penghujung hidupnya, mereka mencoba meninggalkan sesuatu yang dapat disarikan dari pengalaman hidupnya sebagai suatu legacy.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun