Padahal foto itu masih berupa file raw tanpa proses editing sama sekali. Wah, ternyata hasil foto kamera analog itu boleh juga ya? Sepertinya pandanganku terhadap kamera ini sedikit-sedikit mulai berubah.
Apalagi adikku saat itu juga berujar, "Tapi tetap saja jika dibandingkan, aku lebih suka menggunakan kamera analog daripada kamera digital, karena aku jadi menikmati prosesnya." Ah, ternyata kehidupan santuy (read santai) itu juga indah. Menikmati proses. Bukan fokus mengejar hasil.
Ah, benar juga. Dipikir-pikir lagi kenapa di era ini kita cenderung terburu-buru mengejar hasil secara instan. Sebenarnya kita sedang mengejar atau dikejar apa, sih?
Bukankah lebih baik menikmati proses yang berkualitas itu ketimbang mengejar kuantitas? Seperti saat menanti-nanti kiriman wesel orangtua sambil mengirit pengeluaran.Â
Menanti kiriman kartu pos dari sahabat pena yang berbeda pulau dengan penuh harap. Menikmati membaca koran pagi sambil menyeruput nikmat kopi sebelum bekerja.Â
Berbincang hangat bersama handai taulan tanpa sebentar-sebentar teralih oleh dering smartphone. Ah, betapa intim dan romantisnya kita dahulu dalam menjalin relasi antar manusia dan dalam menjalani hidup. Should we just go back to the analog era?
Hairatunnisa, menyenangi fotografi