Mohon tunggu...
HaikalHadi
HaikalHadi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

7.0. Richter

26 September 2018   11:23 Diperbarui: 26 September 2018   12:11 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

5 Agustus 2018 adalah sejarah bagi masyarakat Lombok nusa tenggara barat khususnya di bagian lombok utara yang dimana pada tanggal 5 agustus 2018 sekitar jam 19.00 lombok di guncang oleh gempa dengan kekuatan 7.0 SK yang mengakibatkan semua rumah yang berada di lombok utara 85% rata dengan tanah.

Sebelum terjadinta tragedi tersebut saya sempat menelpon dengan ibu saya sekitar pada pukul 16:00 wib yang dimana kami ditepon seprti biasa bercanda, habis selang beberapa waktu pulng dari kegiatan saya mendapat info kalau lombok pada malam itu di guncang oleh bumi dengan kekuatan 7.0 SK, hanya saja saya menangkan diri dulu agar tidak panik sebelum menghubungi ke rumah untuk mencari tahu informasi tentang keluarga saya, hanya saja coba kalian bayangkan pada saat itu kalian di posisi ini dengan situasi di kampung halaman ada terjadi musibah dan saat hendak menghubungi keluarga kita tidak ada satupun yang bisa di hubungi dari pihak rumah,begitulah perasan saya ketika kampung halam saya terkena musibah dan posisi kita tidak berada sama keluargpada saat itu. 

Kemudian beberapa jam kemudian tepatnaya sekitar pukul 03:00 pagi akhirnya ada salah satu keluarga saya yang bisa di hubungi dan saat pembicaran di telpon pun terganggu karena sinyal tidak mendukung pada saat itu pun dan suara mereka tidak jelas karena mereka panik dan bercampur suara tangisan yang sangat keras saya dengar dari  pembicaraan yang singkat itu saya hanya mendapat kabar alhamdulillah mereka semua selamat dan mereka pada saat itu berada di atas bukit yang tidak jauh dari permukiman karena mereka mendapat kabar kalau mereka mendapat peringatan mengenai akan terjadinya tsunami pada malam itu.

Tiga hari kemudian baru warga berani untuk melihat kondisi rumah mereka kembali pulang untuk menyelamatkan barang-barang yang bisa di selamatkan, karena satu hari setelah kejadian mereka mendapat kabar kalau pada saat itu banyak para pencuri berkeliaran masuk kerumah warga untuk mengambil barang-barang berharga warga. Saya pun kembali untuk menghubungi keluarga di rumah untuk menanyakan kabar mereka dan ada suatu kalimat yang membuat saya menjatuhkan air mata "ketika seorang ibu ingin berkumpul dengan anak-anaknya seperti keluarga lainnya berkumpul dengan keluarganya" dan saya hanya bisa terdiam dengan kata-kata seperti itu, bukannya kami sebagai anak tidak mau berkumpul hanya saja keadan yang menjadi kendala kami pada saat itu saya anak pertama sedang berada di jogja dan adik saya sedang bersekolah di kota mataram yang jaraknya 1 jam perjalanan dari rumah.

Salah satu diataranya rumah ini yang menjadi saksi bisu terjadinya gempa yang saat ini menjadi sejarah bagi masyarakat lombok yang dimana rumah ini berada di tengah-tengah permukiman yang berada di dusun karang subagan, desa pemenang barat, kecamatan pemenang, kabupaten lombok utara, rumah ini di huni oleh satu kepala keluara yang terdiri dari 4 orang terdiri dari seorang bapak,ibu dan kedua anaknya yang bersekolah jauh dari rumah tinggalnya.

Saya berterimakasih kepada rumah ini yang sudah 25 tahun yang sudah melindungi kami dari panasnya sinar matahari dan sudah menjadi tempat kami berteduh pada saat hujan, kami tahu jalan tuhan itu indah pasti tuhan punya jalan lain buat kami masyarakat lombok, semoga lombok cepat pulih seperti sediakalanya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun