Mohon tunggu...
haifa salwa
haifa salwa Mohon Tunggu... Freelancer - Haifa Salwa

Mahasiswa Hubungan Masyarakat UPN Veteran Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dilema Mahasiswa

23 Desember 2020   23:02 Diperbarui: 23 Desember 2020   23:37 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sisil pun setelah mendengar kalimat terakhir dari Zamud seolah mulai paham apa yang akan dibicarakan selanjutnya. Dia segera mematikan laptopnya dan fokus terhadap Zamud yang sedang berbicara.

“Apa yang aku rasain sekarang udah jauh berbeda dari apa yang aku rasain dulu. Rasa aku semakin memudar. Sampai akhirnya hilang, Sil.” Lanjut Zamud dengan intonasi suara yang halus.

“Ma-maksudnya?” tanya Sisil tergagap disertai air mata yang perlahan keluar.

“Penjelasan paling sederhana dari aku: cintaku udah gak ada lagi. Sorry, itu sejujur-jujurnya yang bisa aku bilang ke kamu. Aku juga gak tahu kenapa. Bisa jadi karena sekarang kita udah jadi orang yang beda.”

“Empat tahun itu waktu yang lama lho buat mutusin semuanya,” kata Sisil.

“Ya, mau gimana lagi, Sil. Rasa ku udah gak ada lagi buat kamu. Maaf ya terkesan tiba-tiba,” jawab Zamud.

Cukup. Sisil sudah tidak mau mendengar kalimat berikutnya lagi. Dia langsung mematikan telfonnya. Dia perlu berfikir keras untuk menyelamatkan hubungan LDR ini.

Memang bukan hal yang mudah menjalani hubungan jarak jauh. Beda kota, beda kampus, beda kegiatan, beda semuanya. Perselisihan pun sudah sering terjadi selama setahun belakangan ini. Jika diteruskan yang ada hanya saling menyakiti. Tapi jika diputuskan, akan dibawa kemana semua kenangan manis kita yang sudah terjadi?

Keesokan harinya Sisil dengan hati yang masih bersedih mencoba mengirim pesan ke Zamud. Memastikan hal yang menurutnya masih tidak jelas, abu-abu. Namun, Zamud tak kunjung membalas pesannya seolah menjadi orang asing di telan bumi. Selang beberapa menit, Sisil membuka Instagram dan baru sadar bahwa Zamud tak lagi mem-follow-nya.

Sisil terdiam. Kelas dan rapat yang rutin dia lakukan sekarang terbengkalai. Tugas-tugas menumpuk. Dia mencoba mengumpulkan mood­-nya tapi tak juga berhasil. Isi otaknya hanya diisi satu orang: Zamud. Sisil pun semakin sedih seolah dilema harus tetap menunggu Zamud yang tidak ada kejelasan atau mengerjakan tugasnya kembali.

Kegalauan ini berimbas pada nilainya yang tiba-tiba turun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun