Mohon tunggu...
Haidir Aly
Haidir Aly Mohon Tunggu... Lainnya - Newbie Tulis Menulis

Pop-culture enthusiast yang sangat terobsesi punya potongan rambut milik Thomas Shelby.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

FemiNazi: Habis Patriarki, Terbitlah Matriarki

10 Juli 2020   04:44 Diperbarui: 10 Juli 2020   04:40 2167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelum saya menulis tulisan ini yang mungkin membuat banyak feminis merasa triggered sama saya, ketahuilah bahwa saya sangat respect dan salut sama ideologi dan gerakan ini beserta dengan agenda-agendanya.

Berawal dari sebuah utas yang bulan Juni kemarin sempat trending di Twitter, saya jadi "gatal" pengen ikut berpartisipasi dalam komentar versi saya. Utas tersebut dipost oleh pengguna Twitter bernama Khaerani, yang dari kontennya bisa saya asumsikan adalah seorang istri.

Isi utasnya cukup sederhana saja kalau saya boleh bilang, berisi soal bagaimana beliau menyiapkan berbagai bekal makanan untuk suami tercinta. Yang luar biasa adalah isi kolom replies-nya. Lihat sendiri aja, ya.

Dalam kolom replies utas tersebut, banyak pujian dilontarkan ke Mbak Khaerani, tapi gak sedikit pula nyinyiran yang muncul. Siapa yang nyinyirin? Adalah mereka yang maunya dipanggil para Feminis. Tapi, saya rasa "FemiNazi" adalah term yang tepat buat mereka.

Kenapa saya lebih milih term FemiNazi daripada Feminis? Karena ini adalah dua hal yang jelas berbeda. Baik dari segi ideologi, maupun agendanya.

Balik dulu ke utas Twitter Mbak Khaerani di atas. Mereka yang dipanggil para feminis ini seakan-akan gak terima kalau ada seorang istri yang sukarela membuatkan sarapan buat suaminya setiap hari buat bekal kerja. Dengan dalih "pria gak semestinya diperlakukan sebaik itu oleh wanita, ujung-ujungnya pria bakal selingkuh juga".

Wahai mbak-mbak yang ngaku feminis di kolom reply utas tersebut, kalau kalian ada dendam sama mantan kalian, jangan dilampiaskan ke istri orang yang cuma pengen bikinin sarapan suaminya, dong!

Agenda feminisme itu ada banyak. Ada kesetaraan gender, penghapusan sistem patriarki, persamaan hak berpolitik, dan sebagainya. Di dalam banyaknya agenda tersebut, asas yang sering digaungkan oleh para feminis juga ada yang berbunyi "tubuhku adalah otoritasku" (my body is my authority). 

Artinya, wanita berhak mengekspresikan apa yang dirinya mau ekspresikan di lingkup manapun. Tidak ada yang berhak mengatur bagaimana cara wanita berpakaian, berbicara, bertingkahlaku, dan ber-ber yang lain kecuali dirinya sendiri.

Dalam implementasinya, bukannya Mbak Khaerani ini sudah menerapkan asas dari feminisme itu? Ya kalau memang beliau mau dan secara sukarela nyiapin sarapan buat suaminya, bukankah itu kehendak dan otoritasnya secara bebas? Kok malah dinyinyirin?

Feminisme itu lahir bukan atas dasar kebencian kaum wanita terhadap kaum pria dengan segala unsur maskulinitasnya, sama sekali bukan. Feminisme itu lahir dari rasa ketidakadilan dalam menyuarakan haknya yang dirasakan oleh wanita. Ini adalah dua hal yang sangat jelas berbeda. 

Agenda dari ideologi ini pun jelas, untuk menggaungkan kesetaraan hak antar pria dan wanita dan menghapus sistem patriarki, bukan malah menuhankan sistem matriarki dan menyuarakan female supremacy.

Dalam beberapa kesempatan saya scrolling di Twitter juga saya sempat lihat ada seorang feminis yang merasa triggered sama sebuah acara seminar karena tidak adanya sosok wanita sebagai pembicaranya. Saya rasa, tuntutan dari paham feminisme juga gak seremeh itu.

Dari beberapa fenomena itu, saya jadi mikir, apa mungkin para feminis ini sedang kebingungan soal prioritas dalam berideologinya? Atau cuma oknum aja yang begini? Kalau banyak oknum feminis yang begini, saya jadi kasihan dan simpati sama feminis beneran. 

Nama baik feminis tercoreng gara-gara para oknum feminazi yang ngeselin ini. Feminisme cuma mau setara, bukan lebih tinggi. Feminisme cuma mau menghapus patriarki, bukan malah melahirkan matriarki.

Akhir kata, semoga tidak ada yang merasa triggered dengan tulisan saya ini. Saya salut banget sama ideologi feminisme dan perjuangan feminis menyuarakan agenda-agendanya. Menurut saya, feminisme adalah ideologi yang sangat mulia.

Andai saya bisa jadi "feminis pria", saya pengen banget. Tapi, saya gak bisa. Salah satu komedian favorit saya, Bill Burr, pernah bilang di pertunjukan Stand Up Comedy-nya, bahwa kalau ada pria yang mengaku kalau ia adalah feminis, itu sama aja kayak orang kulit putih yang ngaku-ngaku dirinya adalah aktivis gerakan Black Panther. 

Bill Burr juga melanjutkan, "Every time i hear a guy say 'i'm a male feminist', i always just think that is the most pathetic, limp-d*ck way ever to try and get some p**sy".

P.S. Jangan nonton Stand Up Bill Burr kalau anda seorang feminazi.

Tulisan ini juga terbit di Medium.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun