Mohon tunggu...
Hagemaru_j _j
Hagemaru_j _j Mohon Tunggu... -

Bismillah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pak Kyai, Apa Hukum Memakan Bekicot?

14 September 2012   03:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:29 3957
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Menurut seorang nenek langganan saya yang bercerita mengenai bekicot, dikisahkan bahwa bekicot itu dibawa oleh tentara jepang sebagai bahan persediaan makanan, tetapi ketika di indonesia mereka menemukan kerbau dan ternyata kerbau lebih enak dari bekicot disamping itu indonesia makanannya melimpah ruah akhirnya persediaan bekicot yang begitu banyaknnya dibuang dimana-mana.

Kali ini aku kelas 2 madrasah ibtidaiyah (MI), dan pelajaran kali ini adalah fiqih. Ketika itu sang guru dan juga kyai didesa sedang menerangkan makanan halal dan haram. Sampai pada kalimat "segala sesuatu yang menjijikkan itu haram". lalu ada seorang siswi yang bertanya "bagaimana dengan bekicot?". Sang guru terdiam sejenak, "hukum sendiri adalah segala sesuatu yang menjijikkan, tetapi saya tidak berani mengatakan halal atau haram, patokannya adalah segala sesuatu yang menjijikkan". dalam hati saya terus bertanya, kenapa seorang kyai tidak berani mengatakan haram saja atau halal, dari beberapa ungkapan yang dilakukan terus-menerus sang kyai lebih condong agar tidak memakannya, namun tidak berani mengeluarkan pendapat.

Seperti yang kita tahu perasaan seseorang itu tiada standartnya begitu pula ketika melihat bekicot, ada orang yang merasa jijik namun ada juga orang yang tidak jijik dan memakannya dengan lahap. karena tidak jelas sang kyai hanya mengatakan "sebaiknya dihindari saja karena samar-samar, toh masih banyak makanan yang jelas dan enak". Setelah pelajaran selesai, masih saja ada yang mengganjal dihati, biasanya sih aku  tanyakan pada anak pak kyai yaitu guru ngaji saya, tapi hehe kembali namanya manusia, lupa.

Setelah bertahun-tahun jawaban itu akhirnya muncul, mengapa sang kyai yang menurutku sangat pintar tetapi takut mengatakan halal atau haram pada bekicot, padahal beliau adalah imam di masjid yang setiap omongannya selalu dipandang oleh masyarakat.  Sedang Hukum makan bekicot sendiri masih dipertentangkan ada yang mengharamkan dengan dalil bahwa itu menjijikkan sedangkan ada yang tidak mengharamkan karena standart jijik setiap orang itu berbeda. Ada dalil yang mengharamkan dan ada pendapat yang menghalalkan tetapi sang kyai tetap tidak memilih dan berani mengatakan.

jadi yang mengganjal dihatiku bukanlah hukum makan bekicot tetapi mengapa sang kyai tidak berani, padahal beliau adalah orang yang pandai dalam hal agama menurutku.

Sampailah saya sedikit mengetahui tentang mandzab. Arti mandzab sendiri adalah jalan, sehingga para kyai dahulu ketika melihat perbedaan dan mempermudah menerangkan pada muridnya bahwa jalan kita memang berbeda, tetapi tujuan kita sama. Semisal dari surabaya ke jakarta ada yang naik pesawat, ada yang naik bus, kereta,  kapal laut, dan ada pula yang nekat mengemudi sendiri naik mobil atau motor.

Walau tujuannya sama tetapi belum tentu yang naik pesawat tidak terjatuh dijalan dan belum tentu yang naik bus tidak tergelincir kejurang, tetapi bisa juga terjadi yang naik bus, pesawat, kereta api, kapal laut semuanya sampai pada tujuan karena mematuhi rambu lalu lintas dan pengemudi yang handal dan kondisi transportasi yang baik. Begitu pula dengan penumpang, ada penumpang yang taat pada intruksi sopir ada pula yang seenaknya naik di atas gerbong dan terkena papan reklame jatuh deh.

Mandzab sendiri adalah suatu solusi mengatasi perpecahan di masa lalu, karena setelah Rasulullah meninggal orang kesuliatan memahami penafsiran, bahkan ada yang mencoba menafsirkan sendiri-sendiri sehingga di buatlah standart.Maka untuk menggali hukum-hukum dalam Al-Qur'an dan Al-Hadist seorang Ulama melakukan ijtihad yang sayaratnya adalah

1. Baligh

2. Berakal (Memiliki malakah untuk memahami).

3. Memiliki IQ yang tinggi (syadid fahmi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun