Mohon tunggu...
Hafiz Rosila
Hafiz Rosila Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sikap dan Pandangan AHY tentang Hoaks

10 Maret 2018   16:53 Diperbarui: 10 Maret 2018   17:15 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Agus Harimurti Yudhoyono (foto: tribunnews)

Belakangan media sosial kerap dipergunakan sebagai channel untuk menyebarkan berita bohong (hoaks). Ditangkapnya kelompok Muslim Cyber Army (MCA) menambah deretan kasus penyalahgunaan media sosial. Bagaimana sebaiknya kita menyikapi fenomena ini?

Direktur Eksekutif The Yudhoyono Institute Agus Harimurti Yudhoyono atau yang akrab disapa AHY, pernah menuliskan konsep pemikirannya tentang ancaman hoaks pada Majalah Strategi: Politik, Ekonomi dan Keamanan, edisi September 2017.

Dalam tulisan yang berjudul "Mewujudkan Indonesia Emas 2045" , AHY menuliskan bahwa hoaks adalah tantangan pada sisa Abad 21 ini. Menurutnya, revolusi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang begitu cepat menjadi faktor kunci dan katalisator dari lahirnya perubahan-perubahan yang terjadi hari ini hingga seterusnya.

Semakin transparan dan akuntabel-nya kemajuan TIK menjadikan dunia semakin flat, memangkas hierarki sosial, serta menyediakan ruang dan pola interaksi yang lebih egaliter. Pendapat AHY itu masuk akal jika melihat bagaimana arus informasi yang terjadi sekarang. Dengan hal itu, sebenarnya kita bisa memangkas kemungkinan-kemungkinan terjadinya komunikasi yang tidak efektif.

Namun AHY menjelaskan bahwa peluang -yang tanpa batas- itu juga mengandung resiko yang serius. Menurutnya  media sosial juga bisa menjadi ancaman sebagai sebuah saluran untuk menyebarkan propaganda yang destruktif, menebar fitnah, hatespeech, hoaks, dan black campaign. Threats tersebut rentan dipergunakan untuk menghancurkan kredibilias lawan politik atau lawan bisnis, yang menurut AHY sejatinya bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.

Praktik-praktik semacam itu dinilai AHY keluar dari semangat demokrasi dan kebebasan berekspresi yang telah diperjuangkan bangsa ini. Konflik dan perpecahan sesama anak bangsa adalah implikasi dari praktik-praktik tersebut.

Semakin kompetitifnya era sekarang seharusnya dapat menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang besar tidak hanya survive dalam persaingan antar bangsa, namun menurut AHY Indonesia harus bisa menjadi pemenang di Abad ini.

Jika threats tersebut dapat diubah menjadi sebuah peluang untuk kemajuan dan kesejahteraan bangsa, maka sukseslah kita menerapkan apa yang pernah digagas oleh filsuf yunani kuno, Heraclitus, yang menyebut "change is the only constant". Artinya kita harus bisa beradaptasi terhadap segala perubahan yang terjadi di dunia.

Memaknai pemikiran anak muda ini, tentu kita jadi terpancing untuk berpikir: bagaimana cara mengubah ancaman seperti hoaks menjadi sebuah peluang untuk kemajuan bangsa? Mari kita lihat bagaimana rekam jejak AHY selama ini.

AHY adalah salah satu dari sekian banyak tokoh yang pernah diserang oleh hoaks. Bukan hanya AHY, bahkan Presiden Jokowi pun pernah merasakan jahatnya hoaks dan hatespeech yang bahkan masuk ke ranah personal. Begitu pula tokoh-tokoh lainnya.

Dari isu politik uang hingga masuk ke lingkungan keluarga, AHY sudah kenyang rasanya diterpa badai hoaks. Pada saat kampanye Pilgub DKI Jakarta, AHY disangka mencitrakan diri dengan iming-iming pemberian uang atau politik uang. Padahal hal itu adalah sebuah program pemberian modal untuk Usaha Kecil Menengah (UKM) yang telah dirancang sedemikian rupa dalam sebuah kerangka besar konsep pembangunan ekonomi

Belum lagi Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas), adik AHY, pernah dikatakan memiliki tato salib di lengannya karena kerap mengenakan baju berlengan panjang. Hal itu pun terbantahkan dengan diunggahnya foto Ibas oleh Ani Yudhoyono di media sosial, yang mengenakan baju berlengan pendek. Tidak ada terlihat tato di kedua lengan Ibas.

Lebih gila lagi, rumah dinas SBY pernah digeruduk oleh massa yang mengaku mahasiswa. Ratusan massa tersebut mendemo SBY karena menurut mereka SBY akan membom istana. Seorang intelektual pasti dengan mudah menyangkal berita tersebut. Logikanya, bagaimana bisa seorang tokoh besar nasional yang begitu dihargai oleh dunia internasional, akan membom negaranya sendiri, tempat ia mengabdikan diri selama puluhan tahun.

Belakangan pun diketahui salah seorang politikus dari kelompok yang berseberangan diduga menggerakan kelompok massa tersebut. Masih banyak lagi hoaks dan hatespeech yang pernah ditujukan kepada AHY dan keluarga.

Lalu apa yang AHY lakukan menyikapi serangkaian serangan politik tersebut? Tidak, ia tidak balik menebar hoaks. AHY malah semakin giat membangun hubungan komunikasi yang baik dan santun dengan berbagai tokoh politik. Ia disambut baik oleh Presiden Joko Widodo, Ketum Gerindra Prabowo Subianto, dan Ketum PDIP Megawati Sukarnoputri.

Saat Pilgub DKI Jakarta, AHY tetap menyampaikan selamat kepada Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno. Ia juga menyempatkan diri mengunjungi Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), di Mako Brimob dan mendapatkan 'surat cinta' dari Ahok. AHY juga mengusulkan untuk segera dilakukannya rekonsiliasi politik, melihat konflik dan perpecahan yang terjadi begitu kuat pasca Pilgub DKI Jakarta.

Jiwa besar dari anak muda ini memperlihatkan kepada masyarakat bahwa tidak perlu menempuh cara-cara kotor dalam berpolitik. Buktinya, sejauh ini ia disambut baik oleh tokoh-tokoh politik yang pernah ia kunjungi. Melalui sikap itu pula kita mengetahui bahwa sebenarnya hoaks bisa dikalahkan, jika semua bisa berjiwa besar dan saling menghargai. Hal itulah yang seharusnya dapat menjadikan kekuatan bagi bangsa.

Tak heran rasanya ia begitu digandrungi kelompok pemikir dan kalangan muda, melihat sosok AHY yang begitu visioner dalam memaknai sebuah persoalan. Tujuan politik yang telah dibangun AHY sejak jauh-jauh hari sebenarnya dapat dengan mudah kita baca: ia ingin mewujudkan Indonesia Emas 2045.

Dalam setiap kesempatanya memberikan kuliah umum kepada mahasiswa di berbagai universitas di Indonesia, ia kerap menyebut bahwa ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh bangsa Indonesia jika ingin mencapai Indonesia Emas 2045.

Persyaratan itu adalah; negara harus aman dan damai, adil dan sejahtera, serta maju dan mendunia. Hoaks hanyalah salah satu tantangan dalam mewujudkan tiga aspek ini. Jika AHY sejauh ini bisa menghadirkan situasi yang aman dan damai dengan langkah-langkah politiknya, bukan tidak mungkin ia mewujudkan hal yang lainnya. Mari kita tunggu gebrakan lain dari salah satu pemuda terbaik bangsa ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun