Mohon tunggu...
Hafizh Karim
Hafizh Karim Mohon Tunggu... -

Mahasiswa S-1 Ilmu Politik Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Magang sebagai Gerbang Munculnya Kesadaran Politik Milenial

17 Desember 2017   13:11 Diperbarui: 17 Desember 2017   13:12 1415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Istilah magang bagi para pelajar dan khususnya mahasiswa mungkin sudah tidak asing lagi. Magang menjadi salah satu kegiatan yang sangat berguna bagi para pelajar SMA, Mahasiswa, maupun mereka yang baru lulus dari Perguruan Tinggi untuk mencari pengalaman di dunia kerja. Tidak jarang magang dilakukan di perusahaan-perusahaan multi nasional, organisasi internasional, maupun organisasi non-profit seperti LSM dan lainnya. Namun pada beberapa tahun belakangan ini, instansi negara juga terus mencoba membuka kesempatan magang bagi para generasi penerus bangsa, sebut saja Kantor Staf Kepresidenan, kementerian, kantor pemerintahan daerah, maupun lembaga pemerintahan lainnya.

Selain memberi keuntungan bagi pengalaman kerja seorang pelajar, magang juga memberi banyak dampak positif bagi pesertanya. Hal itu bisa kita lihat dari contoh kasus Tsamara Amany misalnya. Salah satu nama milenial yang mulai masuk ke politik setelah magang adalah Tsamara Amany yang saat ini aktif di Partai Solidaritas Indonesia. 

Sebelumnya ia magang di Balaikota DKI Jakarta dan kesempatan itu mengubah cara pandangnya terhadap pemerintahan dan politik. Kegiatan magang itu pula yang manjadikannya lebih sadar akan politik dan membuat ia ingin terjun langsung dan berkontribusi dalam perpolitikan Indonesia. Sehingga dari pengalaman magangnya, Tsamara memiliki perubahan dalam hal kesadaran politik yang bahkan mengantarkan ia menjadi sosok politisi dari generasi milenial.

Tidak berhenti pada Tsamara, banyak anak dari generasi milenial lainnya yang juga mengikuti kegiatan magang di institusi-institusi pemerintahan. Pada liburan perkuliahan yang lalu (Juni- September 2017) misalnya, ada banyak mahasiswa Ilmu Politik UI dan universitas lainnya yang mengikuti kegiatan magang di DPR-RI. Beberapa diantara mereka ada yang magang secara langsung kepada anggota legislatif, dan ada juga yang ditugaskan di sekretariat komisi-komisi yang ada. 

Selama kurang lebih tiga bulan, para mahasiswa mencoba mengenal DPR secara lebih nyata. Apabila sebelumnya para mahasiswa datang ke DPR untuk mewawancara, mencari data-data, dan mungkin untuk berdemo, maka pada kesempatan magang mereka disediakan lensa yang lebih luas dalam melihat pekerjaan para wakil rakyat.

Beberapa dari mereka yang bahkan tidak pernah menginjakkan kakinya di kompleks parlemen, pulang-pergi setiap hari untuk melakukan tugas-tugas sebagai peserta magang. Proses pembelajaran terus-menerus berlangsung selama kegiatan magang dilakukan sehingga para peserta mulai mengetahui apa yang dikerjakan DPR, bagaimana rapat-rapat dengan pemerintah, dan lainnya. Sedangkan para anggota legislatif yang menerima peserta magang sebagai stafnya pun merasa terbantu karena setidaknya ada bantuan tambahan untuk tim tenaga ahlinya. Dengan demikian, banyak hal yang bisa dipelajari oleh para milenial tentang perpolitikan di Indonesia.

Setelah kegiatan magang selesai, ada beberapa peserta yang tetap diminta oleh anggota DPR untuk memanjangkan masa magangnya. Bahkan ada juga yang diminta untuk tetap berada dalam tim staf ahli anggota tersebut untuk membantu kinerja sang legislator. Bila berkaca pada kasus Tsamara, kita bisa berharap bahwa para mahasiswa yang menjadi peserta magang di DPR, Kantor Staf Kepresidenan, Balai Kota DKI, dan lainnya juga mendapatkan pengalaman yang mengubah kesadaran politik generasi milenial. Apabila kesadaran politik terus tumbuh di kalangan milenial, maka kita akan melihat regenerasi politisi dan para pemikir yang akan berkontribusi untuk Indonesia dalam lima, sepuluh, ataupun puluhan tahun ke depan.

Selain itu, kegiatan magang juga memiliki kelebihan tersendiri dalam mendidik dan menyadarkan para penerus bangsa. Tidak berhenti pada pengalaman kerja, namun pengalaman bertemu orang banyak, berkenalan dengan orang yang bekerja dalam pemerintahan, bisa menjadi katalisator bagi generasi muda untuk berpikir tentang masa depan Indonesia. Sebab boleh jadi saat ia menjadi peserta magagng, ada kekurangan-kekurangan yang bisa dikritisi dengan bingkai yang lebih jelas daripada hanya mendengarkan berita ataupun bahkan membaca pesan-pesan 'Hoax' di media sosial.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun