Mohon tunggu...
Abdul Hafizh Al Afif
Abdul Hafizh Al Afif Mohon Tunggu... Mahasiswa -

i am a student, and always be. "khoirunnaasi ahsanuhum khuluqon wa anfa'uhum linnaasi"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kesenjangan Psikis Antara Anak Adopsi dan Anak Kandung

14 Maret 2019   00:13 Diperbarui: 14 Maret 2019   00:45 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak semua anak ditakdirkan untuk bahagia dari awal mereka lahir kedunia. Bahkan ada yang masa kecilnya dihiasi oleh trauma dan kesedihan yang mendalam. Seperti meninggalnya kedua orang tua atau salah satu dari mereka sampai dengan hal yang lebih menyisakan luka yang dalam seperti perceraian kedua orang tua atau broken home. Mungkin bukan masalah yang besar bagi mereka yang masih memiliki sanak saudara yang mampu untuk mengasuh mereka dan bertanggung jawab atas pendidikan mereka. Namun, pernahkah anda terpikir bagaimana nasib anak-anak yang sudah tidak memiliki keluarga yang dapat mengasuh mereka ? Ya, solusi yang terpikir didalam benak banyak orang adalah mengirimnya kepanti asuhan.

Namun, apakah sebuah Lembaga bernama panti asuhan ini memang benar-benar dapat dipercaya untuk membina kepribadian anak-anak yatim ? Menurut studi kasus yang dilakukan oleh Herunnisa disalah satu panti asuhan di kota Samarinda. Bahwa panti asuhan memiliki peranan penting dalam membentuk kemandirian dan keterampilan anak-anak asuh. Namun tidak bisa dipungkiri hampir kebanyakan dari anak-anak panti cenderung nakal, ribut dan hiperaktif. Hal ini bukan karena mereka nakal dari bentukan didikan dipanti. Karena mereka adalah anak-anak yang kekurangan kasih sayang dan selalu ingin diperhatikan. Layaknya manusia yang haus pasti akan mencari air untuk melepas dahaga. Begitu juga dengan anak-anak panti. Mereka juga haus akan kasih sayang dan perhatian sehingga mereka melakukan segala cara agar mereka diperhatikan dan dianggap keberadaannya.

Pihak panti asuhan juga akan merasa sangat terbantu jika ada yang menjadi donatur tetap atau ada keluarga yang ingin mengadopsi salah seorang atau dua dari anak-anak asuh mereka. Jika kalian adalah salah satunya maka jangan lupa untuk memperhatikan kondisi psikis dari anak yang akan kalian adopsi tersebut. Karena dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Sharma,Mcgue dan Benson (1994), semakin tinggi umur seorang anak diadopsi semakin banyak juga masalah yang akan dihadapi oleh anak tersebut terutama dalam masalah adaptasi dengan keluarga barunya. Disinilah peran bagi orang tua angkat untuk memberikan pengertian dan menghargai keberadaannya sebagai salah satu dari anggota keluarga.

Berbeda dengan anak kandung, anak adopsi memiliki latar belakang keluarga yang berbeda sehingga adaptasi sangat sulit dilakukan bagi anak yang diadopsi diatas umur 10 tahun. Sulit bukan berarti tidak mungkin. Sangat mungkin membuat mereka dapat beradaptasi dengan mudah. Intinya adalah hargai keberadaan mereka. Dan latar belakang keluarga yang berbeda inilah yang membuat anak adopsi cenderung lebih menarik diri atau bahkan cenderung nakal dan sering berbuat onar dibandingkan anak-anak kandung. Namun, walaupun mereka nakal tetapi perilaku sosialnya lebih tinggi dari anak-anak lain. Mereka cenderung lebih peduli dengan sekitarnya dan mempunyai rasa simpati yang tinggi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun