Mohon tunggu...
I Hafizal
I Hafizal Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan

Ergo est scribo

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Apakah Semua Obrolan Bisa Menjadi Podcast?

13 Agustus 2021   13:00 Diperbarui: 14 Agustus 2021   23:04 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya dan kawan-kawan tongkrongan selalu ingin mencoba membuat podcast. Kemudian terkadang saya melakukan riset kecil-kecilan untuk mengetahui podcast.

Setelah menelusuri berbagai platform, ternyata memang sudah banyak sekali podcast. Dari orang yang saya tahu dia ialah sosok terkenal sampai saya ngga tahu itu siapa. Ternyata semua orang sudah bikin podcast.

Dengan temuan bahwa ada orang-orang yang saya anggap biasa saja (seperti saya) juga memiliki podcast, saya malah jadi mempertanyakan. Apa semudah itu membuat podcast? Apa pasti ada yang mendengarkan podcast yang kita bikin? Apakah tidak penting obrolannya asik atau tidak tapi yang penting podcast? (Bahkan ada podcast yang bernama Yang Penting Podcast. Entah siapa host-nya)

Kemudian saya jadi urung untuk membuat podcast karena merasa hal tersebut sudah menjadi hal yang biasa saja. Membuat podcast seakan sama saja dengan kita pergi ke Ancol. Ngga istimewa alias biasa saja karena sudah banyak orang juga yang ke Ancol.

Berpikir bahwa dengan membuat podcast, saya dan tongkrongan bisa menyampaikan keresahan-keresahan yang kami pikirkan. Kemudian kami dapat menyampaikan pendapat pribadi mengenai hal-hal yang dapat kita lakukan atau beberapa pilihan solusi untuk mengatasi isu-isu yang sedang kami resahkan. Entah itu isu sosial, lingkungan, bahkan mungkin politik.

Tipikal tongkrongan saya memang membicarakan banyak hal. Sehingga kami berpikir kenapa tidak kami rekam obrolan kami dan menjadi podcast supaya mungkin dapat menyadarkan orang lain tentang hal-hal yang sedang terjadi namun belum diketahui.

Namun sekarang saya rasa tidak perlu. Tidak semua obrolan tongkrongan perlu didengarkan oleh tongkrongan yang lain. Karena setiap tongkrongan memiliki gaya diskusinya masing-masing dan hanya orang-orang di tongkrongan tersebut yang dapat memahaminya. Jika ada orang dari tongkorongan lain mendengarkan diskusi tersebut, akan terjadi dua kemungkinan: tidak mengerti yang sedang dibicarakan dan bisa terjadi kesalahpahaman dengan pernyataan yang diutarakan.

Jika memang ingin membuat podcast dan mendapatkan pendengar, maka perlunya pemilihan gaya dalam berdiskusi. Supaya bagi yang mendengar dapat memahami yang sedang dibicarakan. Bahkan jika ingin berguyon dalam podcast pun perlu dipilih-pilih. Supaya nanti ngga garing dan pendengarnya males dengerin lebih lanjut. Sudah diskusinya tidak menarik, lawakannya ngga masuk. bye.

Kini mendengarkan podcast bagi saya sudah seperti musik. Di kala senggang dan di saat sedang mengerjakan sesuatu saya bisa memilih mendengarkan podcast daripada musik. Saya sudah memiliki beberapa podcast yang saya suka. Jadi saya tidak asal memilih podcast untuk didengar.

The Podcast Sambat

f6e92640-b940-401f-b6ce-3293b7532181-611371816e7f01728341ea14.jpeg
f6e92640-b940-401f-b6ce-3293b7532181-611371816e7f01728341ea14.jpeg

Podcast ini digawangi oleh tiga perempuan karir yang berasal dari salah satu kota di Jawa Tengah. Logat mereka yang khas sama sekali tidak merusak isi pembicaraan yang topiknya dekat dengan kehidupan. 

Ditambah cerita dari pribadi masing-masing yang mungkin bisa mbikin terkekeh sendiri. Malahan, The Podcast Sambat ini terbilang unik. Selama mereka sedang rekaman, dilarang ngomong enggres. Kalo ada yang menggunakan bahasa inggris didenda lima ribu rupiah. The Podcast Sambat bisa langsung didengarkan di aplikasi spotify.

Podca (Podcast Kumpulbaca)

3c97c2df-c85a-4009-bc2e-654fd48ec752-6113720606310e30633557e4.jpeg
3c97c2df-c85a-4009-bc2e-654fd48ec752-6113720606310e30633557e4.jpeg

Kumpulbaca ialah komunitas untuk mewadahi orang-orang yang mau baca buku bersama. Namun di kala pandemi ini agenda pertemuan untuk membaca buku bersama (tatap muka langsung) ditiadakan dan dialihkan menjadi daring.

Komunitas buku ini memiliki podcast yang membahas dan mengulas suatu buku, dan juga memberikan rekomendasi buku-buku segar untuk dibaca. Pembahasannya yang santai bergaya kawula muda menjadikan pendengar dapat mengikuti perbincangan dengan nyaman. Podca juga bisa didengarkan lewat spotify dan platform podcast lainnya.

Musuh Masyarakat

bc0899fc-0c92-482d-b0bd-59999c6f8298-611371a6010190548a612422.jpeg
bc0899fc-0c92-482d-b0bd-59999c6f8298-611371a6010190548a612422.jpeg

Dari nama podcastnya yang kontroversial, isi podcastnya pun tentu demikian. Namun hal tersebut ternyata dapat membantu kita melihat sesuatu dari sudut pandang yang lain.

Dengan host Coki Pardede dan Tretan Muslim, duo komedian yang penuh kontroversi. Musuh Masyarakat dapat memberikan rasa jengkel sekaligus berpikir ketika kita mendengarkannya. Bukan hanya memanaskan kuping tapi juga mampu membuka pikiran. Podcast eksklusif ini hanya bisa didengarkan di platform noice. Aplikasi noice bisa di download di Play Store dan App Store.

Selamat mendengarkan podcast!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun