Kini dia merasa tubuhnya melayang. Matanya kini awas dan tajam. Anggota tubuhnya telah ringan digerakkan. “Lah?!” dia kaget dan mempertanyakan. Dia sedang terbang menuju dasar jurang. “Tolooong!” dia berteriak dalam pikiran. Tentu tidak ada yang mendengar.
Dia terus melihat dasar yang gelap seakan tak berujung. Hingga akhirnya dia menyadari bahwa dasar jurang ini memang betanahkan hitam. Tubuhnya tidak siap menghantam tanah. Maka dia memejamkan mata.
Sesuatu seperti memukul dada. Pikiran telah terguncang. Tubuh seperti dikejutkan. Nafas terasa sesak. Mencoba menarik udara dengan berat. Mata tidak melihat apapun. Hanya gelap. Nafas pun coba diatur ulang. Mata beradaptasi di kegelapan.
Terdengar suara gesekan pohon dengan angin. Ternyata angin masih kencang di luar. Ranjang ini terasa menjadi tempat yang nyaman. Melihat plafon dan tembok kamar.
Semuanya masih terlihat sama. Kamar ini menjadi tempat yang aman. Kini aku akan tertidur dengan tenang. Tidak perlu lagi ada domba. Hanya ada warna-warna tidak bernama setelah aku tidak lupa berdoa.