Mohon tunggu...
Hafizah Aulia
Hafizah Aulia Mohon Tunggu... Lainnya - Hafizah Aulia's account

Belajar menulis dengan baik dan benar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

[Opini] Ketimpangan Sumber Daya Informasi di Luar Pulau Jawa

23 September 2020   19:44 Diperbarui: 23 September 2020   19:53 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

            Belakangan ini, era digital di Indonesia berkembang begitu pesat. Hal ini, tidak lain dan tidak bukan karena Pandemi Covid-19 yang memaksa masyarakat Indonesia untuk lebih banyak melakukan aktifitas di rumah. Oleh sebab itu, penggunaan internet dan media sosial meningkat begitu tajam. Era Digital yang dimaksud ialah suatu babak baru dimana segala aktifitas, mulai dari belajar sampai dengan bekerja dilakukan menggunakan teknologi. Teknologi itu sendiri adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Seperti Handphone, Laptop, dan masih banyak lagi.

Bukan hanya anak sekolah yang melakukan sistem belajar mengajar secara daring di rumah, tapi para pekerja juga telah banyak yang melakukan "Work From Home". Hal tersebut memiliki banyak keuntungan maupun kerugiannya masing-masing. Dari segi keuntungan, kita tidak perlu bertemu dengan banyak orang untuk mencegah tertularnya diri kita dari virus corona. Sedangkan dilihat dari segi kerugiannya, kita dipaksa untuk mengerti dan mampu menggunakan internet atau sosial media apapun, demi melaksanakan kegiatan belajar mengajar ataupun bekerja secara daring.

            Walaupun era digital berkembang pesat di Indonesia, khususnya di Ibukota Jakarta ataupun kota besar lainnya di Pulau Jawa. Tetapi masih banyak daerah di luar Pulau Jawa yang belum tercukupi dalam hal sumber daya informasinya, terlebih di daerah 3T (Terdalam, Terluar, dan Tertinggal) di Indonesia.

Ketimpangan yang begitu jauh dapat dilihat dari bagaimana para pelajar di Ibukota Jakarta, dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar menggunakan Handphone, Laptop, atau alat elektronik lain yang dimiliki. Berbanding terbalik dengan di luar Pulau Jawa, banyak pelajar yang bahkan tidak mempunyai Handphone.

            Tidak hanya sampai disitu, sebagian besar wilayah di Pulau Jawa sudah dapat mengakses jaringan internet dengan baik, seperti menggunakan sarana Wifi sampai dengan Kuota Internet. Lain halnya dengan mayoritas wilayah di luar Pulau Jawa, yang bahkan tidak memiliki sinyal yang mendukung untuk mengakses jaringan internet. Karena hal tersebut, tidak sedikit pula pelajar di luar Pulau Jawa yang sampai melewati hutan, menaiki bukit, menaiki gunung, atau tempat-tempat lainnya guna mencari sinyal.

Salah satu contoh nyata dialami oleh pelajar di Sentabeng, Desa Sekida, Kecamatan Jagoi Babang, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat yang demi mendapatkan sinyal bagus untuk belajar daring harus melewati hutan dan bukit. Ayu, pelajar SMP 5 Sejaro setiap harinya sejak matahari baru terbit, dia harus memulai perjalanan untuk bisa sampai di lokasi yang bagus, yakni di dekat perkotaan. Pelajar ini tinggal tidak jauh dari perbatasan Indonesia -- Malaysia.

Setiap hari, Ayu dan teman-temannya yang lain harus berangkat dari rumah mereka pada pagi hari, perjalanan mereka itu melewati jembatan yang terbuat dari bambu, serta hutan dan mendaki bukit yang bernama Bukit Abu. Kegiatan seperti ini tidak hanya mereka lakukan saat pemberlakuan belajar secara daring saat pandemi saja, namun sudah sejak lama lantaran di desa mereka tidak ada jaringan internet. Jangankan internet, di desa mereka pun belum seluruhnya teraliri listrik.

"Saya berharap pemerintah memperhatikan kami, yang belum memiliki akses, baik internet, listrik dan juga jalan," kata Ayu penuh harap.

            Dari kisah Ayu, dapat terlihat bahwa sumber daya informasi yang seharusnya merata di seluruh Indonesia, nyatanya hanya omong kosong belaka. Sumber daya informasi itu sendiri, tidak hanya sekedar data dan informasi, melainkan mencakup pula perangkat keras, perangkat lunak, para spesialis informasi, dan para pemakai informasi.

Terlepas dari itu semua, Pemerintah telah berusaha untuk membantu meringankan beban pengeluaran para pelajar di Indonesia agar dapat mengakses internet dengan baik, yakni melalui pembagian kuota internet bagi para pelajar sampai kepada para pegawai negeri sipil. Tetapi hal tersebut kenyataannya belum cukup, karena walaupun sudah memiliki kuota internet, tak sedikit daerah di Indonesia yang tidak mempunyai sinyal yang bagus. Seperti di daerah tempat tinggal Ayu yang mengharuskannya melewati hutan dan bukit demi dapat belajar daring.

            Dengan belajar secara daring, banyak pelajar mulai dari tingkat SD, SMP, SMA, bahkan Perkuliahan yang terkendala terkait sumber daya informasi. Selain itu, para guru ataupun dosen yang mengajar lewat daring kadangkala memiliki masalah sinyal yang membuat kegiatan belajar mengajar tidak efektif dan efisien.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun