Mohon tunggu...
H. H. Sunliensyar
H. H. Sunliensyar Mohon Tunggu... Penulis - Kerani Amatiran

Toekang tjari serpihan masa laloe dan segala hal jang t'lah oesang, baik jang terpendam di bawah tanah mahoepun jang tampak di moeka boemi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apakah "Besar" Sama dengan "Luas"? Suatu Telaah

20 Januari 2019   17:18 Diperbarui: 20 Januari 2019   17:47 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ada satu hal yang menarik dalam debat pilpres perdana beberapa hari yang lalu yaitu mengenai pernyataan kandidat capres 02 Prabowo Subianto yang menyatakan bahwa Jawa Tengah lebih besar dari Malaysia. Pernyataan lengkapnya kira-kira begini:

"Bagaimana bisa seorang Gubernur gajinya delapan juta, kemudian ia mengelola provinsi umpamanya Jawa Tengah yang lebih besar dari Malaysia...."

Pernyataan ini kemudian menjadi gunjingan para khalayak terutama yang kontra terhadap kandidat 02. Mereka menafsirkan bahwa makna lebih besar itu sama dengan lebih luas. Oleh karenanya, tulisan ini akan mengupas makna dari kata besar yang beberapa hari ini begitu viral. Tentu saja ulasan ini hanya dari sisi kebahasaan, dan bukan dalam konteks politis. 

Kata "besar" dalam KBBI memiliki banyak sekali pengertian, antara lain: 1 lebih dari ukuran sedang; lawan dari kecil; 2 tinggi dan gemuk;3 luas; tidak sempit; 4 lebar; 5 ki hebat; mulia; berkuasa; 6 banyak; tidak sedikit; 7 menjadi dewasa; 8 lebih dewasa daripada sebelumnya; 9 penting (berguna) sekali.

Setidaknya KBBI merangkum sembilan pengertian "besar" di mana makna atau arti yang terbanyak merujuk kepada ukuran dari sesuatu yaitu: lebih dari ukuran sedang, tinggi, luas, lebar dan banyak. 

Istilah "besar" dengan imbuhan "an"--baca: besaran--juga digunakan dalam ilmu fisika, salah satu cabang ilmu eksakta yang banyak menggunakan konsep perhitungan. Bahkan pembahasan tentang "besaran" ini umumnya terdapat pada bagian bab pertama buku fisika tingkat dasar.

Besaran dalam ilmu fisika diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka. Besaran ini terbagi dua yaitu besaran pokok dan besaran turunan. 

Besaran pokok terdiri dari panjang, massa, waktu, suhu, kuat arus, intensitas cahaya, dan jumlah zat. Sedangkan besaran turunan misalnya luas (diturunkan dari besaran pokok panjang x lebar), volume (panjang x lebar x tinggi)  berat (massa x percepatan gravitasi bumi) dan lain sebagainya.  Jadi kata "besar" itu mengandung makna yang sangat banyak sekali, meliputi segala hal yang bisa diukur dan dinyatakan dalam bentuk angka. 

Lantas bisakah kata besar diartikan sebagai luas? Jawabannya "bisa",  dan bisakah kata besar diartikan sebagai banyak jumlahnya? jawabannya juga "bisa".  Terus bagaimana makna frasa "lebih besar" yang diucapkan oleh Prabowo?

Untuk mengetahui makna "besar" sebagaimana dalam pernyataan Prabowo,  kita mesti lihat konteksnya dalam sebuah kalimat. Pada beberapa variabel memang Jawa Tengah bisa lebih besar dari Malaysia misalnya tentang jumlah penduduk, pembagian wilayah administratif, tetapi pada variabel lain justru Jawa Tengah jauh lebih kecil dari Malaysia misalnya tentang  luas lahan. Satu-satunya kunci untuk mengetahui makna "lebih besar" itu adalah frasa "mengelola provinsi" yang diucapkan sebelumnya. 

Di sini kita mesti tahu kerja Gubernur apakah ia tukang "nggarep" lahan seprovinsi Jawa Tengah yang memang ukurannya jauh lebih kecil dari Malaysia? Atau mengelola masyarakat dan wilayah administratifnya?

Sebagai seorang tokoh politis yang hendak bertarung, mau tidak mau Prabowo harus menerima dirinya dihujat oleh masyarakat yang tidak pro kepadanya, sebagai sebuah konsekuensi. Setiap gerak-gerik, perkataan, tingkah laku, akan selalu dicari celanya untuk dijatuhkan martabatnya. Jangankan kesalahan, sesuatu yang benarpun bisa dianggap salah oleh para lawan politik. Begitu pula halnya dengan kandidat 01 pak Jokowi akan selalu dihujat oleh para lawan politiknya. Hal ini sudah menjadi suatu hukum dalam sebuah pertandingan.

Namun, ada baiknya kedua kandidat ini  berusahamenutup celah kesalahan sedikit mungkin. Agar semakin sedikit bahan gunjingan di kedua belah pihak. Dan begitu pula dengan pendukung mereka harusnya menjadi pendukung yang lebih bijak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun